Mengenal Interceptor 001, Alat Pembersih Sampah dari Belanda

Reading time: 3 menit
Alat Pembersih Sampah Dari Belanda di Jakarta
Alat Pembersih Sampah Dari Belanda Beroperasi di Cengkareng Jakarta. Foto: www.greeners.co/Ridho Pambudi

Jakarta (Greeners) – Pemerintah terus berupaya mengurangi sampah plastik di wilayah perairan, khususnya sungai-sungai yang tersebar di Indonesia. Salah satunya melalui Interceptor 001, yakni robot pembersih sampah yang dikembangkan oleh The Ocean Cleanup dari Belanda. Alat tersebut dapat mencegah sampah sungai agar tidak masuk ke laut.

BACA JUGA : Jawaban Pemerintah Terhadap Kasus Reekspor Peti Kemas Sampah llegal

Interceptor 001 telah beroperasi di Cengkareng Drain sejak Mei 2019. Alat tersebut diklaim ramah lingkungan karena 100% bertenaga surya menggunakan baterai lithium-ion. Dengan demikian, Interceptor 001 dapat beroperasi siang dan malam tanpa suara bising ataupun mengeluarkan asap. Secara fungsi, alat tersebut di-setting untuk mengambil sampah plastik dari sungai, kemudian disortir, sehingga dapat mencegah sampah masuk ke laut.

Cara Kerja Interceptor 001 Kurang Efektif

Menurut Kepala UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Yayat Supriatna, Inceptor 001 kurang efektif untuk penanganan sampah di sungai, khususnya di Sungai Cengkareng Drain. Hal itu ia sampaikan setelah beberapa bulan melihat cara kerja alat itu.

“Ternyata, apa yang viral di video dengan kenyataan itu berbeda. Sungai Cengkareng Drain ini memiliki dua arah aliran air. Kalau siang dari darat ke laut, tapi kalau sore mana kala laut pasang, alirannya dari laut ke darat. Belum lagi alat Inceptor 001 ini hanya memiliki mulut penangkap sampah kurang lebih 2 meter, sedangkan lebar sungainya hampir 50 meter,” ujar Yayat kepada Greeners.

Menurut Yayat, untuk membersihkan sampah di sungai lebih baik memakai kubus apung DLH Jakarta alih-alih dengan Interceptor 001 ini. Selain itu, alat itu kurang efektif karena masih membutuhkan orang untuk mengambil sampah-sampah besar yang tersangkut.

Mesin Pembersih Sampah Dari Belanda di Cengkareng

Bagian dalam penyortir Interceptor 001 di Cengkareng Jakarta. Foto: Ridho Pambudi

“Menurut hemat kami, Inceptor 001 sifatnya diam, tidak jalan, dan menunggu sampah datang. Jadi, tidak begitu efektif dan maintenance-nya berat. Namun, kami tunggu saja hasil penelitiannya,” jelas Yayat.

Interceptor 001 Butuh Modifikasi

Sementara itu, Asisten Deputi Bidang Pendayaan Iptek Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Nani Hendiarti mengatakan, alat itu memang dalam pengembangan penelitian sejak Mei 2019. Selain itu, butuh modifikasi serta penyesuaian untuk sungai-sungai di Indonesia.

Nani mengatakan, ada empat target dalam penelitian ini. Pertama, untuk mengetahui karakteristik sampah di sungai Cengkareng organik maupun non organik hingga berapa jumlah sampah pada musim transisi. Kedua, efektif atau tidak alat ini dengan kondisi iklim dan sampah yang jenisnya berbeda-beda.

Ketiga, end market solution. Artinya, mengindentifikasi teknologi dan industri yang mampu mendaur ulang sampah plastik dari sungai. Keempat, memanfaatkan alat tersebut untuk mengurangi sampah, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian untuk sungai-sungai di Indonesia. Terutama ada 67 sungai yang teridentifikasi agar sampah plastik ini tidak bocor ke laut, jadi seperti replika penerapan.

BACA JUGA : TerraCycle, Perusahaan Daur Ulang Sampah Raksasa Asal Amerika

“Kami masih melihat keefektifan alat ini hingga bulan Desember karena menunggu puncak musim hujan. Namun, sampai saat ini menurut kami alat ini membantu dan bisa dipakai dengan modifikasi yang sudah dilakukan oleh tim,” ujar Nani kepada Greeners.

Menurut petugas di lapangan yang memonitor Inceptor 001 ini, sebanyak 1,8 ton sampah per hari jika pada musim hujan dan 100 kg pada musim kemarau telah berhasil diangkat dari aliran sungai. Sampah itu akan melalui tahap pemilahan sebelum ke tempat pembuangan akhir yang ada di Jakarta.

Sudah ada empat alat pembersih sampah dengan merk Interceptor™ di dunia. Dua di antaranya telah beroperasi di Jakarta (Indonesia) dan Klang (Malaysia). Sistem ketiga akan segera ditempatkan di Can Tho yang terletak di Mekong Delta (Vietnam), dan sistem keempat di Santo Domingo (Republik Dominika).

 

Penulis: Ridho Pambudi dan Dewi Purningsih

Editor: Devi Anggar Oktaviani

Top