Pembangunan IKN Wajib Lindungi Keanekaragaman Hayati

Reading time: 2 menit
Kepala BRIN LT Handoko (kanan) berbincang tentang pentingnya perlindungan kehati di IKN baru. Foto: Greeners/Ari Rikin

Cibinong (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan sedang menyusun masukan ilmiah koridor satwa dan tumbuhan sebagai bahan rujukan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kajian ini menjadi upaya perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Masukan ilmiah ini BRIN petakan lewat rangkaian ekspedisi tahun 2023 ke sejumlah wilayah. Salah satunya Kalimantan. Selain itu, ekspedisi juga akan BRIN lakukan di Papua, Wallacea dan Indonesia bagian barat.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, Kalimantan menjadi salah satu lokasi ekspedisi karena ada pembangunan IKN.

“Kita fokus menyelamatkan semuanya. Kita tidak tahu nih ada apa di sana,” katanya di sela-sela acara BRIN memeringati Hari Biodiversitas Internasional 2023, di Kebun Raya Cibinong, Bogor, Senin (22/5).

Handoko menambahkan, ekspedisi di sana juga tidak hanya melihat tumbuhan, tapi juga aspek sosial budaya.

“Jadi kalau di situ ada bahasa hampir punah, artefak, di Kalimantan ada pohon keramat diidentifikasi satu persatu. Kita tetap bangun di satu sisi kita tetap menjaga,” ungkapnya.

Ancaman Kepunahan Keanekaragaman Hayati

Senada dengan itu, Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengungkapkan, ekspedisi ini menjadi bagian dari upaya perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia. Ekspedisi akan memotret berbagai kekayaan keanekaragaman tersebut di daratan dan pesisir.

“Kita memanfaatkan moment. Biodiversitas Indonesia terancam kepunahan harus segera kita selamatkan dan manfaatkan,” imbuhnya.

Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan Andes Hamuraby Rozak menjelaskan, saat ini BRIN sudah berkomunikasi dengan Otoritas IKN. Salah satunya memberikan masukan ilmiah koridor satwa. Di samping itu juga terkait biodiversity strategy.

Dari kajian, BRIN memperkirakan ada 1.070 spesies tumbuhan terancam punah di Indonesia. Jumlah ini lanjut Andes bakal terus bertambah jika tak ada perlindungan. 

Oleh sebab itu, kajian ilmiah dalam pembangunan IKN yang melindungi keanekaragaman hayati akan mencerminkan wajah Indonesia di tahun-tahun mendatang.

“Masukan ilmiah ini juga meliputi strategi untuk kebun raya, hutan kota agar memiliki scientific value,” ujarnya.

Penanaman salah satu pohon terancam punah di kawasan KRC Cibinong oleh Kepala BRIN. Foto: Greeners/Ari Rikin

Perkuat Akses Benefit Sharing

Dalam peringatan Hari Keanekaragaman Hayati ini, Kepala BRIN juga mengingatkan, periset Indonesia harus meningkatkan daya saing penelitian, sehingga mendapatkan akses benefit sharing yang seimbang pula.

Protokol Nagoya mengatur akses benefit sharing tersebut. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversity kedua dunia.

Usai membuka acara, Handoko secara simbolis menanam tumbuhan endemik Dipterocarpus cinereus kelompok meranti yang terancam punah asal Pulau Mursala, Sumatra Utara. 

Penulis/Editor : Ari Rikin

Top