Pilah dari Sumbernya, Bandung Coba Pecahkan Masalah Sampah

Reading time: 2 menit
Masalah sampah terus mengantui berbagai kota di Indonesia. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Sebagian besar kota dan kabupaten di Indonesia masih berkutat pada masalah sampah, salah satunya Bandung Raya. Berbagai komunitas penggiat lingkungan pun mendorong pemilahan sampah dari sumbernya.

Sampah di Bandung Raya saat ini masih menumpuk. Salah satu penyebabnya karena tempat pemrosesan akhir (TPA) Sarimukti yang menampung sampah kota Bandung, kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat sempat tidak bisa beroperasi. Hal ini terjadi karena pengelolaan sampah masih sentralisasi.

Sebagai alternatif, penggiat lingkungan mendorong pengelolaan sampah secara desentralisasi atau lakukan pengelolaan dari sumbernya.

Pengelola Bank Sampah Bersinar, Fei Febrina Nababan mengatakan, bank sampah punya peran pemilahan dan pengelolaan sampah. Ia menambahkan, Bank Sampah Bersinar sudah memberikan layanan edukasi, inovasi dan jasa pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Sudah lebih dari 1.000 lokasi RT/RW, komunitas dan sekolah serta institusi mendapat edukasi.

“Bank sampah ini sudah memiliki 11.000 nasabah yang tersebar di 312 unit bank sampah di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat,” katanya dalam diskusi daring bertajuk Utamakan Pengelolaan Sampah di Sumber-Hambatan Kendala dan Peluang di Bandung, akhir pekan lalu.

Aktivitas masyarakat setor sampah terpilahnya ke Bank Sampah Bersinar Bandung. Foto: Shutterstock

Gaya Hidup Pilah dan Kurangi Sampah

Dalam diskusi daring ini pun mengemuka perlunya upaya mengurangi sampah dari sumbernya. Hal yang dapat rumah tangga lakukan dengan mengurangi sampah, penggunaan kantong plastik, sedotan plastik, mengganti tisu dengan sapu tangan. Selain itu juga perlu menggunakan sistem isi ulang, membawa kantong belanja, memakai tumbler dan habiskan makanan yang masyarakat konsumsi.

Selain rumah tangga dan kawasan permukiman lanjutnya, kantor pemerintahan dan kawasan komersial juga perlu menerapkan pemilahan sampah. Bahkan sebagai langkah cepat pengurangan beban sampah serta pemilahan dan pengolahan sampah organik, anorganik di Sarimukti dengan memaksimalkan penanganan sampah organik di dalam kota Bandung.

Untuk mengoptimalkan langkah tersebut, perlu penguatan peraturan daerah, peraturan walikota di kawasan komersial. Dengan adanya penguatan aturan ini ada langkah percepatan pengelolaan dan menyelesaikan timbulan sampah. Oleh sebab itu, dukungan kesiapan anggaran juga sangat perlu.

Penggiat Paguyuban Magot Nusantara M Ardhi El Meidian mengungkapkan, organisasi dan instansi pemerintahan harus menjadi contoh masyarakat dalam pemilahan dan pengelolaan sampah.

Sampah organisasi adalah barang yang sudah tidak terpakai yang kemudian pemilik buang. Sementara itu, sampah organik masih bisa terpakai dengan prosedur yang benar. “Langkah-langkah sederhana ini memberikan contoh kepada masyarakat,” ungkap Ardhi.

Pengelolaan sampah dapur di level rumah tangga akan mengurangi beban tempat memrosesan akhir. Menurutnya ada tiga jenis sampah pertama, sisa makanan dan tumbuhan. Kedua, sampah kaleng, kertas dan botol plastik. Ketiga sampah lainnya di luar jenis tersebut.

“Jenis sampah pertama bisa melakukan sedekah sampah organik kepada alam dan sedekah sampah organik untuk biogas. Hal tersebut bisa dilakukan di halaman rumah atau dapat secara umum (komunal),” ungkapnya.

Pengamat pengelolaan sampah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Enri Damanhuri menyebut, sampah dapur menjadi “biang kerok” karena bisa menimbulkan bau dan mengundang lalat.

Sementara itu tambahnya jenis sampah plastik, kaleng dan sejenisnya bisa terolah di bank sampah. Lalu bisa pula lewat sekedah sampah dan recycle serta upcycle.

Selanjutnya, barulah sampah yang terkelola petugas, mereka angkut untuk masuk ke tempat pemrosesan akhir sehingga dapat dimanfaatkan menjadi energi.

Penulis : Ihya Afayat

Top