Suaka Margasatwa Muara Angke Belum Luput dari Sampah

Reading time: 2 menit
Upaya konservasi mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke terus dilakukan. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Sampah dari aktivitas manusia di perkotaan kerap kali mengepung hutan mangrove, Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta Utara. Hal ini mengancam kerusakan mangrove dan ekosistem di dalamnya.

Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke di Jakarta Utara seluas 25,02 hektare merupakan suaka margasatwa terkecil di Indonesia. Kawasan ini menjadi salah satu ekosistem mangrove yang tersisa di Jakarta.

Namun sampah di perairan memperburuk kualitas air di kawasan tersebut. Organisme yang berada di dalam mangrove pun terancam rusak dan mati.

Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Muhammad Ilman mengatakan, sampah merupakan masalah terbesar perusakan mangrove di perkotaan. Sebetulnya mangrove ini bisa menahan sampah. Tetapi memiliki kapasitas dan sekarang sudah terlampaui.

“Sampai saat ini pembersihan pun rutin dilakukan, tapi sayangnya masih banyak ditemukan sampah, bahkan sampai berkarung-karung,” kata Ilman di Suaka Margasatwa Muara Angke, Kamis (25/5).

Upaya penyelamatan mangrove di Jakarta mendesak. Perlu membangun kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah plastik dan tidak membuangnya sembarangan. 

Monyet ekor panjang salah satu satwa yang menghuni Suaka Margasatwa Muara Angke. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Penyangga Kehidupan

Keberadaan hutan mangrove di tengah ibu kota memiliki peran penting sebagai penyangga kehidupan. Kawasan tersebut, kini menjadi rumah bagi delapan spesies mangrove, salah satunya yaitu Sonneratia caseolaris atau pohon pidada.

Buah dari pohon pidada juga memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat. Melalui ide-idenya, mereka memanfaatkan buah pidada menjadi sirup.

Suaka Margasatwa Muara Angke tak hanya beri manfaat bagi manusia, tetapi juga menjadi habitat berbagai satwa seperti buaya air asin, kadal, monyet ekor panjang, ular, dan burung. Oleh karena itu, hutan mangrove perlu dilindungi untuk memberikan hidup yang berkelanjutan.

Dalam rangka melestarikan mangrove, YKAN bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta dan sejumlah awak media menggelar aksi penanaman mangrove, Kamis (25/5). Pada kesempatan ini, diadakan diskusi interaktif, penanaman mangrove, pembersihan tumbuhan invasif, dan pembibitan mangrove.

Pembersihan tumbuhan invasif. Foto: Greeners/Dini Jembar Wardani

Komitmen Lindungi Ekosistem Mangrove

Sejak tahun 2018, BKSDA Jakarta dan YKAN berkomitmen melindungi dan merestorasi ekosistem mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke. Sebab, mangrove memiliki fungsi penting sebagai penyumbang oksigen, penyerap karbon dioksida, dan polutan. Saat ini, fokus utama restorasi di DKI Jakarta yaitu pembersihan sampah di aliran hidrologinya.

Proses restorasi di kawasan ini juga meliputi pemasangan instalasi penghalang sampah di sepanjang bantaran Sungai Angke, pengendalian tumbuhan invasif, perbaikan hidrologi, hingga penimbunan substrat di area dengan genangan tinggi. Proses restorasi pun telah menunjukkan adanya perbaikan ekosistem.

Ilman menilai, mangrove perlu direstorasi dengan mengetahui penyebab kerusakannya terlebih dahulu. Kemudian, fokus untuk mengatasi penyebabnya agar kerusakan tidak terus terjadi.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top