Jakarta (Greeners) – Tahun ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan mulai fokus melakukan pembenahan kawasan taman nasional. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, hingga saat ini, masih banyak yang harus dibenahi terkait kawasan taman nasional. Ia mengakui masih banyak pembenahan yang belum terkejar khususnya pada infrastruktur pariwisata. Padahal, banyak potensi yang bisa didapat jika kawasan taman nasional terkelola dengan baik.
“Jadi tahun 2017 ini, saya akan kembali melanjutkan perbaikan kawasan taman nasional, Taman Wisata Alam dan sejenisnya. Ini juga tentunya butuh kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata. Kolaborasi yang intensif dengan target pencapaian yang lebih baik,” tuturnya kepada Greeners, Jakarta, Rabu (04/01).
Menurut Menteri Siti, hingga saat ini seluruh pihak terkait telah berusaha melakukan perbaikan dan penataan pada kawasan taman nasional. Kolaborasi kuat antara Kementerian Pariwisata, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun KLHK seharusnya menjadi kunci penguatan kawasan taman nasional tersebut. Hanya saja, diakui Siti, implementasi di lapangan masih belum memiliki kerjasama yang kuat.
“Meski banyak yang sudah dicapai oleh Kementerian Pariwisata, namun saya masih belum puas dan senang karena semestinya taman nasional kita bisa lebih mengemuka untuk menjadi daya tarik pariwisata yang lebih konkrit,” katanya.
BACA JUGA: Catatan Awal Tahun Menteri LHK, dari Taman Nasional hingga Sampah di Laut
Ia menambahkan, daya tarik taman nasional bukan hanya sekedar keindahan, namun juga pengetahuan akan nilai-nilai budaya dan keilmuan. Ia memberi contoh seperti Taman Nasional Gunung Merapi yang mulai bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dan Jepang yang menjadi pusat vulkanologis Fuji-Merapi.
Di sisi lain, Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu sempat menyatakan akan melakukan kerjasama dengan KLHK untuk membenahi tujuh taman nasional sebagai bentuk pengoptimalan aset hutan dan taman sebagai atraksi destinasi wisata yang memikat.
Kerjasama yang dilakukan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Oktober tahun lalu tersebut telah membenahi tujuh taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Rinjani, dan Taman Nasional Gunung Tambora.
“Pembenahan taman nasional itu menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan sesuai rujukan dari Badan PBB untuk Pariwisata Dunia (UNWTO),” jelasnya.
BACA JUGA: Taman Nasional Gunung Rinjani Terapkan Sistem Baru Bagi Pendaki Pada 2017
Terkait pembenahan masyarakat, Oneng Setyaharini, Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pariwisata, pada konferensi pers Sapu Gunung Indonesia akhir April 2016 lalu juga menyatakan kalau Kementerian Pariwisata telah memiliki sendiri program-program yang melibatkan masyarakat di dalam kawasan taman nasional.
Beberapa di antaranya seperti gerakan Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang dibagi menjadi tujuh komponen dasar pembangunan pariwisata. Di antaranya, destinasi wisata harus bersih, kondusif dari keamanan, kesejukan, dan masyarakat lokalnya ramah pada wisatawan.
“Kami sudah kumpulkan 400 masyarakat di daerah destinasi dan ada sosialisasi tentang apa itu Sapta Pesona. Dengan adanya program Jambore Sapu Gunung, ini bisa menjadi kekuatan bagi kami di destinasi pariwisata, dimana pemerintah sedang konsentrasi mengembangkan 10 destinasi, salah satunya Bromo,” tutupnya.
Penulis: Danny Kosasih