Timbal di Polutan PM2,5 Bisa Turunkan Kecerdasan Anak

Reading time: 2 menit
Pencemaran udara menjadi masalah pelik di perkotaan. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Pencemaran udara masih menjadi persoalan di dunia karena memberi dampak buruk ke kesehatan. Lebih dari 50 % megacities dunia terletak di Asia dan berisiko besar terpapar polutan pencemaran udara. Paparan timbal (Pb) yang merupakan bagian dari komposisi kimia PM2,5 berdampak pada penurunan kecerdasan anak hingga memicu gejala disabilitas.

PM2,5 atau partikulat udara halus merupakan polutan dengan diameter aerodinamik kurang dari 2,5 ug. PM2,5 dapat berpenetrasi ke dalam tubuh manusia. Partikulat ini dapat tinggal di atmosfer untuk waktu yang lama serta dapat berpindah menempuh jarak yang jauh.

Peneliti Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir, Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhayatun mengatakan, selama ini pemantauan kualitas udara dilakukan dengan melihat CO, SO2, O3, PM10, dan PM2,5 tanpa memantau kandungan komposisi kimia di dalamnya.

Padahal, kandungan di dalam polutan seperti PM2,5 harusnya diukur untuk mengidentifikasi lebih jauh dampak buruknya terhadap kesehatan.

Sistem proteksi tubuh yang belum optimal pada anak membuat mereka lebih rentan terpapar polusi udara. Demikian paparan komposisi kimia dalam polutan seperti logam berat Pb yang terakumulasi hingga 10 ug/dL berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan anak.

“Semakin tinggi Pb maka IQ anak akan semakin turun, bahkan bisa menyebabkan gejala disable,” katanya dalam acara G.A Siwabessy Memorial Lecture 2022 di Jakarta, Senin (12/12).

TAN Deteksi Polutan Berbahaya

Untuk mengindentifikasi komposisi kimia dan sumber polutan di dalamnya, teknologi Teknik Analisis Nuklir (TAN) maka memiliki kepekaan tinggi untuk mendeteksi.

“Maka komposisi kimia ini akan berperan untuk kita menentukan sumber polutannya. Kemudian kita akses atau menilai risiko pencemaran lingkungan dan studi dampak kesehatan dan pencemaran yang terjadi,” paparnya.

Dengan mampu mengetahui karakterisasi polutan atau sumber pencemar maka dapat dilakukan upaya efektif mengurangi pencemaran yang terjadi di suatu daerah.

Ia menyebut berdasarkan perbandingan awal hasil studi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Bandung-Sarpedal KLH pada 2008-2009 menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di udara Serpong, Tangerang ratusan hingga ribuan kali lebih tinggi dibanding Bandung dan Jakarta.

“Ini disebabkan terkait dengan daur ulang baterai timbal dan fasilitas produksi lead bar di sana,” imbuhnya.

Peneliti nuklir BRIN Muhayatun memaparkan teknologi analisa nuklir. Foto: BRIN

Pencemaran Udara Persoalan di Kota Besar

Pencemaran udara menjadi permasalahan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini karena banyaknya sumber pencemar, baik dari industri hingga transportasi. Ia menyatakan, konsentrasi PM2,5 di kota-kota di Pulau Jawa umumnya telah melebihi standar baku kualitas udara di Indonesia.

Dalam dalam kesempatan itu, Muhayatun menyebut TAN untuk karakterisasi terhadap partikulat udara mampu menginterpretasi lebih jauh terkait dengan sumber-sumber pencemar yang ada.

“Hal ini bisa menjadi strategi dalam mereduksi polutan-polutan yang ada, untuk mendapatkan kualitas udara yang baik,” jelas wanita kelahiran Surabaya, 58 tahun silam ini.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyatakan, G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022 merupakan ajang penghargaan lifetime achievement kali pertama. Penghargaan ini BRIN berikan kepada mereka yang memiliki kontribusi dan sumbangsih bagi bangsa dan negara di bidang nuklir.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top