Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand,Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia dan Australia.
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Jambu biji merupakan tanaman dari keluarga melati (Myrtaceae). Tanaman ini mempunyai nama berbeda di setiap daerah. Masyarakat Nusa Tenggara menyebutnya sotong, di Jawa tanaman ini dikenal sebagai jambu klutuk, di Sumatera menyebutnya sebagai glima breueh, sedangkan di Manado dikenal sebagai gayawa atau kayawase (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Jambu biji banyak dibudidayakan dan dikembangkan diseluruh daerah tropis karena permintaan terhadap tanaman ini terus meningkat. Jenis jambu yang banyak dikembangkan di Indonesia yaitu jambu getas merah, jambu bangkok, jambu kristal, jambu sukun, dan jambu kamboja. Jenis jambu tersebut banyak dikembangkan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diminta oleh pasar (Mahfiatus et al., 2015).
Secara morfologi tinggi pohon jambu biji sekitar 2-10 meter dan memiliki cabang yang menyebar. Akarnya merupakan akar dangkal. Kulit batangnya keras, namun pada bagian batang permukaannya memiliki tekstur yang halus, mudah terkelupas dan berwarna cokelat. Bunganya terletak di ketiak daun dan termasuk bunga tunggal bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong dan terdapat 1 – 3 bunga.
Daun dan buah jambu biji sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Berdasarkan buku Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia, daun jambu biji memiliki kandungan tanin, minyak atsiri (eugenol) minyak lemak, damar, zat samak, triterpinoid, dan asam apfel. Pada buahnya terkandung asam amino (triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, dan C.
Daun muda tanaman ini bertekstur halus sedangkan daun tua permukaan atasnya licin. Bentuk daunnya bulat telur agak menjorong. Panjang daun jambu biji 6 – 14 cm dengan lebar 3 – 6 cm. Tepi daun rata agak melekuk ke atas, bertulang menyirip, dan warna daun berwarna hijau.
Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Biji jambu biji cukup banyak, namun ada beberapa jenis jambu biji yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji (Novianto, 2011). Umumnya tanaman jambu biji yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi, dan tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek dan bercabang lebih banyak.
Sudah banyak produk herbal dari sediaan jambu biji. Beberapa penyakit yang dapat diobati menggunakan jambu biji seperti demam berdarah dengue (DBD), diare , penyakit mag, luka, keputihan (Leucorrhea), peluruh haid, mempermudah persalinan, perut kembung pada anak, penyakit kulit, diabetes, beser (sering buang air kecil), sariawan, luka berdarah atau borok, ambeien dan lain-lain.
Untuk pemakaian luar, daun jambu biji segar dapat dipakai pada luka akibat kecelakaan, perdarahan akibat benda tajam dan borok disekitar tulang. Daun pada jambu biji digodok, airnya dipakai sebagai air cuci atau dilumatkan kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit.
Penulis: Sarah R. Megumi