Keledai Liar Afrika, Spesies Kuda Gurun yang Makin Langka

Reading time: 3 menit
Keledai ini minum tiga hari sekali dan dapat meminum air asin. Foto: Shutterstock

Keledai Liar Afrika (Equus africanus) adalah satu dari sepuluh spesies Equidae yang masih tersisa di dunia. Seperti namanya, keledai ini memang berasal dari benua Afrika. Mereka cukup unik karena dianggap sebagai nenek moyang keledai jinak (E. a. asinus).

Menurut IUCN Red List, status konservasi E. africanus berada pada level terancam kritis atau Critically Endangered. Total populasi hewan ini ahli sinyalir hanya berkisar 570 individu saja.

Selain rusaknya habitat, kepunahan keledai liar ahli duga akibat aktivitas perkawinan silang. Spesiesnya bahkan awam buru dan ambil dagingnya karena mereka anggap berkhasiat sebagai obat.

Spesies E. a. asinus sendiri adalah satu dari tiga subspesies keledai liar Afrika. Ia berkerabat dekat dengan E. a. somaliensis, serta E. a. atlantikus yang kini menyandang status punah.

Morfologi dan Ciri-Ciri Keledai Liar Afrika

Jika kita bandingkan dengan kelompok kuda lain, ukuran tubuh E. africanus terbilang yang paling mini. Mereka hanya berbiak hingga setinggi 1,2 m dengan bobot berkisar 250 kg.

Spesies keledai yang satu ini dapat kita cirikan dari bulu pendek dan halus berwarna abu-abu muda sampai cokelat kekuningan, yang menyebar hampir ke seluruh bagian tubuhnya.

Bagian kaki-kaki keledai liar Afrika umumnya bercorak putih pucat. Terdapat garis punggung ramping dan gelap di semua subspesies, bahkan ada pula yang terletak di bagian bahunya.

Tengkuk mereka dilengkapi dengan surai atau rambut, tampilannya kaku dan tegak. Warna bulu ini biasanya senada dengan warna bulu badan, namun dengan ujung yang kehitaman.

Telinga keledai liar Afrika terlihat cukup besar dengan corak kehitaman. Ekornya memiliki rambut berwarna hitam, dengan kuku-kuku kaki yang ramping dan berdiameter seperti kaki.

Baca juga: Kuda Sumbawa, Kuat Berpacu dan Menghasilkan Susu

Habitat dan Distribusi Keledai Liar Afrika

Walau bertubuh kecil, keledai liar mampu beradaptasi dengan baik di daerah gurun. Mereka memiliki sistem pencernaan yang kuat, serta mampu mengekstrak makanan secara efisien.

Spesies keledai ini bahkan mampu bertahan hidup dengan pasokan air yang minim. Telinga besarnya mempunyai indera pendengaran yang baik sehingga berguna mendeteksi musuh.

Karena populasinya sedikit, jenis keledai liar Afrika biasanya hidup secara terpisah. Mereka memiliki suara yang keras sehingga dapat terdengar oleh kelompoknya sampai sejauh 3 km.

Hewan ini hidup secara liar di area tanduk Afrika, Eritrea, Ethiopia sampai Somalia. Kendati demikian, mereka dulunya menyebar mulai dari utara dan barat Sudan, Mesir, hingga Libya.

Di habitatnya keledai liar Afrika mengonsumsi rumput, kulit kayu, serta dedaunan. Mereka setidaknya minum sekali dalam tiga hari, serta ada laporan keledai ini mampu meminum air asin.

Perilaku dan Kebiasaan Keledai Liar Afrika

Sebagian besar waktu keledai liar Afrika mereka habiskan pada pagi dan sore hari. Sedang pada waktu siang, mereka mencari naungan di antara bukit berbatu untuk beristirahat.

Jantan dewasa menandai serta mempertahankan wilayahnya dengan tumpukan kotoran. Meski begitu, pejantan lain yang masuk ke daerah teritorinya tidak akan diusir atau dilawan.

Sebaliknya, para pejantan penyusup ini ditoleransi serta diperlakukan sebagai “bawahan”. Mereka dijauhkan dari betina, namun tetap diberi ruang untuk hidup dan mencari makan.

Masa kehamilan betina terjadi berkisar 11-12 bulan. Anak-anak keledai ini akan disapih selama 6-8 bulan setelah lahir, lalu mencapai usia kematangan seksualnya pada 2 tahun.

Tak banyak yang tahu bahwa harapan hidup spesies E. africanus terbilang sangat lama. Kelompoknya dapat berbiak hingga 35 tahun di alam liar serta 40 tahun di penangkaran.

Baca juga: Mengenal Jerapah, Mamalia Tertinggi dari Benua Afrika

Taksonomi Spesies Equus Africanus

Penulis : Yuhan al Khairi

Top