Pelobatrachus Nasutus, Katak Bertanduk Ahli Kamuflase

Reading time: 3 menit
Pelobatrachus Nasutus. Foto: Shutterstock

Pelobatrachus nasutus merupakan spesies katak bertanduk yang berasal dari keluarga Megophryidae. Mereka ahli tetapkan sebagai amfibi asli Asia Tenggara namun dengan distribusi yang terbatas di Indonesia, meliputi Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Penampilan katak yang satu ini memang sangat unik. Ia mempunyai tonjolan kulit panjang pada bagian mata dan moncong, yang tampak seperti tanduk atau hidung pinokio.

Karena itu, sebagian ilmuwan menjulukinya sebagai katak bertanduk hidung panjang. Meski secara luas, hewan tersebut memiliki nama asing yang berbeda-beda di tiap negara.

Long-nosed Horned FrogMalayan Horned Frog, dan Bornean Horned Frog adalah sebutan lain P. nasutus. Mereka ahli temukan pula di Semenanjung Kra, Thailand, dan Singapura.

Klasifikasi Katak Bertanduk Pelobatrachus Nasutus

Pada awalnya long-nosed horned frog ilmuwan kelompokkan dalam genus Megophrys. Genus ini merupakan marga katak bertanduk, yang secara distribusi tersebar di benua Asia.

Megophrys sejatinya memiliki anggota spesies yang cukup besar. Selama 10 tahun terakhir, setidaknya ada 106 spesies katak yang berhasil ahli identifikasi berasal dari genus ini.

Namun melalui kajian genetika, pakar mengetahui bahwa marga tersebut memiliki banyak galur kekerabatan. Sehingga cukup memadai untuk dikelompokkan dalam marga baru.

Sampai artikel ini kami buat, setidaknya ada tujuh galur yang berhasil ahli naikkan atau pulihkan menjadi marga anyar. Ketujuh marga katak bertanduk tersebut, ialah:

  • Atympanophrys (beranggotakan empat spesies)
  • Brachytarsophrys (beranggotakan tujuh spesies)
  • Megophrys (beranggotakan tiga spesies)
  • Ophryophryne (beranggotakan tujuh spesies)
  • Panophrys (beranggotakan 60 spesies)
  • Pelobatrachus (beranggotakan tujuh spesies)
  • Xenophrys (beranggotakan 29 spesies)

Seperti yang terlihat, spesies P. nasutus kini pakar gabungkan dalam marga Pelobatrachus. Sedangkan marga Megophrys sendiri, saat ini hanya beranggotakan tiga spesies saja.

Baca juga: Katak Tanpa Paru-Paru yang Hanya Ada di Kalimantan

Morfologi Katak Bertanduk Pelobatrachus Nasutus

Ukuran katak bertanduk P. nasutus terhitung besar. Ia dapat berbiak sampai sepanjang 100 – 120 mm, dengan warna kulit cokelat muda sampai gelap serta pola bervariasi.

Pola yang terbentuk pada kulit katak ini sejatinya mengikuti habitat asli mereka. Karena tergolong satwa teresterial, P. nasutus umumnya memiliki corak mirip serasah daun.

Tenggorokannya terlihat berwarna hitam-cokelat tua dengan corak krem pada permukaan ventral. Terdapat dua pasang lipatan kulit dorsolateral pada bagian punggung spesies ini.

Satu pasang dimulai dari belakang mata, lalu berakhir di dekat pangkal paha. Sedang satu pasang lainnya terletak di sudut mata, serta berakhir di antara ketiak dan selangkangan.

Dorsum katak bertanduk biasanya memiliki tuberkel yang membesar dan mengacak. Kaki dan lengan mereka dibatasi oleh lipatan kulit, berbintik-bintik dengan corak kecokelatan.

Seperti spesies katak kebanyakan, jari-jari Malayan horned frog juga tampak berselaput. Timpanumnya tidak terlalu jelas, meski irisnya ahli ketahui berwarna cokelat keemasan.

Habitat dan Perilaku Spesies Pelobatrachus Nasutus

Katak bertanduk P. nasutus hidup secara permanen di area hutan hujan dataran rendah. Ia juga ahli temukan di submontana yang lembap dan sejuk, di antara serasah dedaunan.

Kawasan sungai merupakan tempat perkembangbiakkan spesies ini. Biasanya, katak betina akan meletakkan telurnya pada bagian bawah batu atau kayu yang terendam oleh air.

Telurnya berukuran cukup besar, namun dengan jumlah lebih sedikit dari katak kebanyakan. Mereka biasanya berburu laba-laba, tikus kecil, kadal, dan katak lain untuk bertahan hidup.

Perlu Anda ketahui, katak bertanduk mempunyai teknik perburuan yang cukup unik. Berkat kebolehan kamuflasenya, eksistensi mereka sangat sulit terdeteksi oleh mangsa-mangsanya.

Katak P. nasutus akan berbaring di lantai hutan sambil menunggu mangsa buruan mereka. Setelah subjek terlihat lengah, barulah ia menyerang hewan tersebut dan menelannya.

Merujuk IUCN Red List, populasi P. nasutus terhitung cukup stabil. Ia tergolong sebagai satwa risiko rendah (Least Concern), sehingga tidak dilindungi melalui undang-undang.

Baca juga: Kongkang Kolam Sumatra, Kodok Kecil Bermoncong Putih

Taksonomi Katak Bertanduk Pelobatrachus Nasutus

Penulis: Yuhan Al Khairi

Top