Stachybotrys Chartarum, Jenis Jamur Hitam yang Berbahaya

Reading time: 2 menit
Jamur ini hidup di tempat lembap dan bisa menimbulkan penyakit berbahaya. Foto: Ady Greeners

Stachybotrys chartarum atau jamur hitam dan jamur hitam beracun, ialah salah satu spesies kapang yang berbiak pada material bangunan lembap. Jenis mikrob ini terkenal cukup berbahaya, sebab dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan.

Jamur hitam beracun biasanya berkembang pada bahan bangunan yang kaya akan selulosa. Mereka juga bisa kita temukan di tanah dan gandum yang sering tergenang air atau basah.

Secara klasifikasi, kapang berordo Hypocreales ini tergabung dalam famili Stachybotryaceae. Ia memiliki sejumlah sinonim binomial yakni S. atra, S. alternans, serta Stilbospora chartarum.

Uniknya, tidak semua jamur hitam mampu memproduksi toksin. Di beberapa tempat, ahli mendapati bahwa toksisitas Stachybotrys chartarum terhitung rendah dan tidak berbahaya.

Karakteristik dan Ciri-Ciri Stachybotrys Chartarum

Pertumbuhan jamur hitam beracun sejatinya cukup lambat. Mereka memang memerlukan tingkat kelembapan yang tinggi, namun dengan intensitas yang besar ataupun konsisten.

Stachybotrys chartarum sendiri pertama kali ditemukan oleh August Carl Joseph Corda pada 1837. Saat itu jamur tersebut menempel di dinding sebuah rumah, tepatnya di Kota Praha.

Setelah ahli selidiki, jamur hitam beracun nyatanya menyukai bahan bangunan dari gipsum. Karena itu, penting untuk memastikan material-material semacam ini agar tetap kering.

Menariknya lagi, jenis Stachybotrys chartarum umumnya tidak kompetitif. Mereka enggan untuk bersaing, sehingga sukar berkembang biak di area yang sama dengan jamur lainnya.

Menurut studi, kemampuan jamur hitam menghasilkan racun terus menurun setiap waktu. Karena itu jenis kapang semacam ini patut kita waspadai, namun tidak perlu kita risaukan.

Reproduksi dan Habitat Stachybotrys Chartarum

Ada beberapa kriteria yang dapat memicu tumbuhnya Stachybotrys chartarum yakni jumlah selulosa dan fluktuasi suhu besar, nitrogen rendah, serta paparan sinar matahari yang minim.

Untuk berkembang biak, jamur hitam beracun biasanya melepaskan spora ke udara. Apabila lingkungannya mendukung, maka spora tersebut akan menempel pada permukaan material.

Namun kembali ke pembahasan awal, tidak semua jamur hitam dapat menghasilkan racun.

Sebuah penelitian di dalam laboratorium uap misalnya, para ilmuwan menemukan bahwa jamur hitam yang mereka biakkan justru minim kandungan toksin dan tidak berbahaya.

Dari riset tersebut, pakar menyimpulkan bahwa sifat toksik Stachybotrys chartarum muncul pada lingkungan tercemar. Ini tidak ditemukan pada lingkungan steril seperti laboratorium.

Toksisitas pada Spesies Stachybotrys Chartarum

Klaim masalah kesehatan akibat jamur hitam sejatinya telah ahli dokumentasi sejak 1930-an. Namun kasus yang paling populer justru terjadi di Cleveland, Ohio, sekitar tahun 1994.

Pada saat itu, Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengonfirmasi, bahwa sejumlah bayi di Cleveland jatuh sakit dan meninggal akibat paparan spora Stachybotrys chartarum.

Mereka terindikasi mengalami pendarahan di paru-paru. Namun pada investigasi lanjutan, CDC tidak mengungkapkan apa hubungan definitif antara paparan jamur dan kematian bayi.

Pada tahun 2007, sebuah artikel ilmiah melaporkan tentang kematian dua kucing akibat jamur hitam. Indikasinya sama, yakni kucing-kucing tersebut mengalami pendarahan paru.

Stachybotrys chartarum sendiri memiliki dua kemotipe, yaitu kemotipe yang menghasilkan mikotoksin trikotesen (termasuk satratoksin) serta kemotipe yang menghasilkan atranone.

Taksonomi Spesies Jamur Hitam Beracun

Penulis : Yuhan al Khairi

Top