3 Limbah Makanan Dalam Green Fashion

Reading time: 2 menit
green fashion
Ilustrasi: Ist.

Dunia fesyen yang ramah lingkungan telah mencapai tingkatan baru dalam perannya mengurangi sampah makanan melalui berbagai inovasi baru. Para perancang berusaha keras memasukkan sisa makanan dan hasil sampingan yang berkaitan dengan makanan ke dalam kain, yang kemudian diubah menjadi produk-produk stylish mulai dari jaket, sabuk, dompet hingga sepatu.

Saat ini PBB memperkirakan ada 1,3 miliar ton makanan yang menjadi sampah tiap tahunnya. Angka ini menyamai seperempat dari jumlah total kalori yang dikonsumsi manusia. Mencari cara untuk memecahkan masalah ini adalah sebuah keniscayaan meskipun mengubah makanan menjadi produk fesyen tidak akan menyelesaikan masalah ini secara keseluruhan.

Meski demikian, dampak yang dihasilkan bukan berarti tidak baik. Paling tidak salah satunya edukasi masyarakat terhadap pentingnya 3R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycling (mengolah kembali) dapat tercapai. Seperti dilansir dalam Treehugger.com, berikut ini beberapa limbah makanan yang dimanfaatkan menjadi produk green fashion:

1. Ampas kopi
Rata-rata tiap orang meminum 3 cangkir kopi per hari. Hal ini berarti ampas kopi cukup banyak jumlahnya hingga sebuah perusahaan dari Spanyol bernama Ecoalf menciptakan cara untuk mengubah ampas tersebut menjadi benang. Ampas kopi dikumpulkan dari restoran-restoran, dikeringkan, dan minyak diekstrak dari ampas tersebut.

Ampas kemudian dihaluskan sampai menjadi tepung halus. Tepung halus inilah yang kemudian dicampurkan dengan poliester daur ulang untuk membuat benang. Hasilnya adalah benang yang lembut, ringan, fleksibel dan bisa “bernapas” namun bagian luarnya tahan air.

2. Kulit Salmon
Mungkin tidak banyak diantara kita yang makan ikan, namun hal ini tidak mengubah fakta bahwa miliaran kilogram ikan dan kepiting menghasilkan produk sampingan yang biasanya dibuang ke laut tiap tahunnya. Perikanan berkelanjutan pada akhirnya bukan hanya masalah menangkap ikan saja namun meningkatkan pemanfaatannya.

Perusahaan baru dari Kasberg bernama Tidal Vision, berjuang memanfaatkan setiap bagian dari ikan dan menciptakan bahan kulit dari ikan laut dan chitosan, sejenis polimer yang diekstrak dari kulit kerang. Tidal Vision memproduksi sabuk, dompet dan tas tangan sementara pabrik tekstilnya tidak lama lagi akan meluncurkan produk kaos, kaus kaki dan produk-produk lain yang menggabungkan chitosan dengan serat alami lainnya.

3. Sabut Kelapa
Perusahaan bernama Nau telah mengembangkan pelapis khusus untuk jaket musim dingin yang dibuat dari kelapa, sebagai bagian dari usaha mengurangi pemakaian bulu angsa. Prosesnya yaitu dengan cara membakar sabut kelapa yang selama ini dibuang dan mencampurkan abu sisa pembakarannya dengan poliester daur ulang yang kemudian menghasilkan benang yang mampu menjadi insulasi.

Produk yang semula bernama Cocona ini, sekarang diberi nama 37.5 Technology dan sekarang digunakan oleh perusahaan-perusahaan peralatan olahraga terkemuka seperti Adidas, Under Armor, Eddie Bauer dan North Face.

Penulis: NW/G15

Top