Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang

Reading time: 3 menit
Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang
Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang. (Foto: Chasing Coral/Netflix).

Judul : Chasing Coral

Durasi : 1 jam 28 menit 58 detik

Genre : Dokumenter

Sumber : Kanal Youtube Netflix

Richard Vevers, fotografer bawah laut, menjelajahi lautan dunia guna mendokumentasikan terumbu karang. Sebelumnya, Vevers adalah pegawai perusahaan periklanan di London, Inggris. Dia kemudian mengikuti kata hatinya untuk selamatkan terumbu karang. Vevers pun beralih menjadi fotografer bawah laut.

Ketertarikan Vevers pada laut dimulai sejak berusia 16 tahun. Saat itu, kuda laut yang dia rasa berbentuk seperti naga begitu memukaunya. Vevers pun sering menyelam untuk melihat satwa itu. Seiring waktu, kuda laut kesayangannya menghilang.

“Jika hal ini terjadi ke salah satu spesies favoritku, apa hal yang terjadi pada spesies lainnya?” ujar Vevers dalam Chasing Coral.

Kerinduannya pada kuda laut menjadi pemantik berdirinya XL Catlin Seaview Survei. XL Catlin Seaview Survei merupakan lembaga yang bertujuan mencatat secara ilmiah terumbu karang yang ada di dunia. Kualitas dokumentasi dia tawarkan dengan resolusi tinggi.

Vevers berharap langkah menunjukkan keadaan terumbu karang dunia kepada berbagai elemen masyarakat dapat menularkan misi untuk selamatkan terumbu karang.

Baca juga: Endgame 2050: Krisis Dunia Beberapa Dekade Ke Depan

Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang.

Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang. (Foto: Chasing Coral/Netflix).

Perubahan Iklim: Musuh Terbesar Terumbu Karang

Terumbu karang mendapatkan banyak ancaman. Ancaman terbesarnya adalah perubahan iklim. Fenomena perubahan iklim membuat laut menjadi semakin panas sehingga tak lagi ideal bagi hidup terumbu karang.

Imbas perubahan iklim bagi terumbu karang berawal dari coral bleaching. Coral bleaching adalah kondisi di mana terumbu karang yang tinggal di perairan yang tak ideal semakin lemah sebelum akhirnya mati. Dalam Chasing Coral, peneliti Hawai’i Institute of Marine Biology Ruth Gates mengatakan, coral bleaching merupakan respon tubuh awal terumbu karang terhadap perubahan suhu lautan.

Baca juga: Negara, Wabah, dan Krisis Pangan

Tunjukkan Perjuangan dalam Memperoleh Data Akurat

Film yang dirilis pada 2017 ini menyajikan perjuangan fotografer bawah laut untuk mendokumentasikan ancaman pelestarian terumbu karang, khususnya di wilayah Great Barrier Reef, Australia.

Perjuangan fotografer di antaranya digambarkan lewat perjuangan Vevers melawan cuaca ekstrim, bekerja dengan keterbatasan teknologi serta kewajiban untuk terjun ke dalam laut setiap harinya.

Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang.

Berpacu dengan Waktu, Selamatkan Terumbu Karang. (Foto: Chasing Coral/Netflix).

Dokumenter ini dilengkapi potongan adegan yang berdampak besar bagi penontonnya. Salah satu degan terkuat dalam film ini adalah bagaimana hasil dokumentasi tim fotografer bawah laut menunjukkan perbandingan kerusakan di wilayah Great Barrier Reef dalam waktu singkat.

Adegan lain yang menarik perhatian adalah saat fotografer menunjukkan tingkat keparahan kerusakan terumbu karang dengan mengambil salah satu bagian terumbu karang yang mati dan menguraikannya.

Dokumenter ini berhasil menunjukkan permasalahan terumbu karang secara jelas, singkat, dan spesifik. Hal ini menjadi daya tarik Chasing Coral untuk menggaet penonton. Selain itu, alur yang jelas ditambah dengan pendapat dan data dari sumber yang kredibel meningkatkan nilai dokumenter ini sebagai dokumenter edukasi.

Lebih jauh, Chasing Coral mengajak masyarakat untuk sadar dan mulai bereaksi untuk menanggulangi perubahan iklim. Menaggulangi perubahan iklim merupakan bagian dari usaha selamatkan terumbu karang. Jika terumbu karang punah, keseimbangan ekosistem lautan akan terganggu. Pada akhirnya, manusia pun tidak bisa menghindari dampak negatif dari ketidakseimbangan ekosistem laut.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Editor: Ixora Devi

Top