Lingerie Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Foto: ecouterre.com

Sloggi, anak perusahaan Triumph International, produsen pakaian dalam terbesar di dunia, telah meluncurkan produk baru lingerie atau pakaian dalam yang terbuat dari bubuk kopi daur ulang.

Love Café adalah merek produk yang dimaksud dan baru saja diluncurkan dalam flash mob fashion di Singapura dan Malaysia. Ini adalah tahun keempat Sloggi menyebarluaskan pada dunia tentang aspek keberlanjutan dari produk ini, berkolaborasi dengan World Land Trust seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Sloggi mengklaim bahwa kain bebas bahan kimia tersebut, yang dikembangkan bersama dengan perusahaan asal Taiwan, Singtex Industries, selain menyerap keringat dan bau tak sedap, juga memberikan perlindungan terhadap radiasi sinar ultraviolet.

Triumph, induk perusahaan Sloggi, juga bekerja keras melalui departemen ‘hijau’-nya. Produsen pakaian dalam ini mengumumkan pada tahun 2012 bahwa sertifikasi dari Oeko-Tex menegaskan bahwa seluruh produk mereka bebas dari 300 bahan kimia berbahaya –termasuk pestisida, logam berat, formaldehid, pewarna karsinogenik, dan residu surfaktan.

Foto: ecouterre.com

Teknologi ramah lingkungan pada tekstil masih sangat kurang. Adanya inovasi dari produsen baju dalam ini memudahkan perempuan untuk berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Foto: ecouterre.com

Lebih dari itu, di Jepang, Triumph menginisiasi skema daur ulang bra untuk bahan bakar. Merespon kekhawatiran banyak orang mengenai membuang bra, juga didasarkan pada kepedulian terhadap lingkungan, Triumph International menerima bra bekas dari beberapa toko di Jepang untuk didaur ulang menjadi bahan bakar untuk listrik.

Inisiatif ini tak hanya mengurangi sampah yang di buang ke tempat pembuangan, namun juga membuat para perempuan Jepang merasa lega karena kekhawatirannya teratasi. Pada survey tahun 2004, Wacoal, perusahaan produsen pakaian dalam, menemukan bahwa 61 persen responden enggan membuang bra bekasnya ke tempat sampah karena kebanyakan pemerintah kota mengharuskan tempat sampah warganya terpilah berdasarkan jenis yang sudah jelas ditetapkan, yang mana bra sulit digolongkan ke dalam salah satu jenis sampah yang ada.

Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa bra merupakan salah satu jenis kain yang paling sulit didaur ulang. Bra bekas tidak mungkin untuk dijual kembali. Kebanyakan bra juga biasanya terbuat dari campuran kain dan benang yang sulit untuk dibongkar dan digunakan kembali tiap bagiannya. Hal inilah yang membuat bra sulit untuk didaur ulang, sedangkan menggolongkan bra kedalam bahan bakar RPF (refuse-paper-plastic) hanyalah opsi yang paling memungkinkan, menurut Asosiasi RPF Jepang.

Asosiasi ini melihat bahwa bahan bakar RPF mengandung lebih sedikit air dibandingkan sampah rumah tangga lainnya. Selain menghasilkan lebih sedikit dioksin ketika dibakar, RPF juga meningkatkan efisiensi pembakaran, dibandingkan dengan batu bara. Terdiri dari campuran sampah kertas, plastik dan serat, bahan bakar ini juga menghasilkan lebih sedikit karbondioksida dibandingkan dengan batu bara, dengan biaya yang lebih murah juga, yakni hanya seperempatnya.

Triumph telah mengumpulkan lebih dari 200.000 bra yang dikumpulkan oleh para perempuan di beberapa toko dari seluruh sudut Jepang. Bra sebanyak ini menghasilkan 14 ton bahan bakar RPF sejak tahun 2009. Bukan hanya Triumph yang melakukan hal ini. Wacoal juga tidak ketinggalan dengan mengumpulkan 179.200 bra yang menghasilkan 17,9 ton bahan bakar RPF.

(G33)

Sumber: ecouterre.com

Top