Sabun dari Minyak Jelantah

Reading time: 2 menit
Sabun dari Minyak Jelantah
Sabun dari Minyak Jelantah. Foto: shutterstock

Minyak goreng merupakan salah satu bahan memasak yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan secara berulang akan menghasilkan minyak bekas atau disebut minyak jelantah. Minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali dianjurkan untuk tidak digunakan lagi. Namun, masih banyak penanganan yang kurang tepat dalam pembuangan minyak jelantah ini.

Mengonsumsi minyak jelantah juga berbahaya karena dapat memengaruhi kesehatan tubuh. Sementara jika langsung dibuang begitu saja limbahnya dapat mencemari lingkungan. Minyak goreng bekas ternyata dapat dimanfaatkan menjadi sebuah produk ramah lingkungan seperti suvenir cantik berupa sabun mandi padat dengan bahan dasar minyak.

Baca juga: Semir Sepatu Organik dari Limbah Kulit Pisang

Dalam Jurnal SOLMA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (2018), sebuah penelitian mengkaji banyaknya limbah minyak jelantah dan kulit pisang yang belum dimanfaatkan. Bukan tanpa alasan mengapa jumlah limbah minyak jelantah dan kulit pisang ini tinggi. Pasalnya, di Kelurahan Sendangsari, Yogyakarta mayoritas penduduk berprofesi sebagai pedagang gorengan sehingga menghasilkan limbah kulit buah serta minyak goreng bekas dalam jumlah tinggi.

Untuk memanfaatkan limbah minyak jelantah dan kulit pisang menjadi produk ramah lingkungan ini,  tiga mahasiswa UAD Yogyakarta juga melibatkan kelompok masyarakat yang ada di sana. Mereka bekerja sama dengan Usaha Kecil Masyarakat (UKM) Mandiri, organisasi pemuda, dan kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk mengumpulkan limbah minyak jelantah dan membuat pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah.

Minyak Jelantah

Minyak jelantah untuk bahan dasar pembuatan sabun. Foto: shutterstock

Pembuatan sabun ramah lingkungan ini dimulai dengan proses penjernihan minyak jelantah sebanyak 290 ml dan satu sisir pisang kepok. Minyak bekas dipanasakan dalam oven bersuhu 100 derajat celcius selama 15 menit. Setelah proses tersebut, seluruh bahan kemudian direndam di dalam baskom hingga terlihat jernih. Proses ini memakan waktu kurang lebih selama 3 hingga 5 hari.

Minyak jelantah yang sudah murni dicampur dengan larutan soda api (NaOH), pengharum, dan pewarna makanan hingga dicetak sesuai keinginan. Untuk mendapatkan kepadatan sabun yang sempurna, proses ini memerlukan waktu selama 3-4 jam. Setelah padat dan berbentuk, suvenir organik ini bisa langsung dibungkus dan dihias.

Baca juga: Jamur Pemakan Plastik dari Amazon

Suvenir sabun dari limbah minyak dan kulit buah ini memiliki kelebihan dari segi tekstur karena lebih padat dan tidak lembek dibandingkan sabun pada umumnya. Namun, mengingat bahan bakunya merupakan limbah minyak jelantah, sabun ini membutuhkan lebih banyak komposisi pewangi dari sabun biasanya.

Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi jumlah limbah di lingkungan khususnya di Kelurahan Sendangsari. Desa yang dihuni oleh banyak pedagang atau wirausaha ini juga bisa memanfaatkan sabun sebagai cendera yang bernilai jual. Untuk menambah pendapatan dan nilai ekonominya dibutuhkan kerja sama antara pengrajin dan pemerintah setempat dalam mempromosikan produk ramah lingkungan ini. Lebih lanjut, pemasaran melalui situs daring juga dinilai efektif karena memiliki segmentasi pasar yang lebih luas.

Penulis: Krisda Tiofani

Top