Anak Muda Tuangkan Ragam Ide Solutif untuk Atasi Mikroplastik

Reading time: 3 menit
Anak muda tuangkan ragam ide solutif untuk atasi mikroplastik. Foto: Ecoton
Anak muda tuangkan ragam ide solutif untuk atasi mikroplastik. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) — Sejumlah anak muda berkompetisi menuangkan ide-ide kreatif untuk menghadirkan solusi inovatif dalam mengatasi persoalan mikroplastik. Mereka bersaing dalam ajang karya tulis ilmiah Youth IMPACT 2025.

Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton), Aliansi Zero Waste Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta UNESCO. Dalam ajang ini, sembilan tim finalis dari berbagai daerah mempresentasikan hasil riset dan inovasi mereka di hadapan dewan juri.

Peserta yang berkompetisi berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari mahasiswa hingga siswa SMA. Dari tingkat perguruan tinggi, peserta datang dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Indonesia (UI). Sementara dari tingkat SMA, peserta berasal dari Sulawesi Selatan, Gresik, dan Sidoarjo.

Ketua Kegiatan Youth Impact 2025 Rafika Aprilianti menjelaskan bahwa tujuan dari lomba LKTI ini untuk mengajak peneliti muda terlibat dalam solusi krisis mikroplastik. Para peserta juga begitu antusias untuk mengikuti kompetisi ini.

BACA JUGA: Wujudkan Masa Depan Berkelanjutan, Generasi Muda Harus Peka Lingkungan

Ketua Panitia Youth Impact 2025 Rafika Aprilianti mengatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis mikroplastik. Selain itu, Indonesia juga sebagai penyumbang sampah plastik ke laut global terbesar ketiga setelah India dan Nigeria.

“Bahkan, terdeteksi menjadi negara dengan konsumsi perkapita mikroplastik tertinggi di dunia, sekitar 15 gram per bulan per orang. Ini seharusnya menjadi alarm bagi Indonesia,” ungkap Rafika dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/10).

Dengan demikian, melalui kompetisi ini, Rafika ingin mengajak peneliti muda terlibat dalam solusi krisis mikroplastik. Respons dari para anak muda juga antusias, hal itu terlihat dari adanya 400 karya tulis yang terdaftar.

Inovasi untuk Atasi Mikroplastik

Dalam Final Youth IMPACT 2025 yang sukses digelar di Malang Creative Center, Kota Malang, pada Sabtu (18/10), panitia mengumumkan para pemenang ajang tersebut. Pada kategori SMA, juara pertama diraih oleh SMAN 1 Bulukumba, disusul SMAN 1 Sidayu sebagai juara kedua, dan SMAN 1 Patianrowo di posisi ketiga.

Sementara itu, SMA Unggulan Rushd dan SMA Progresif Bumi Shalawat masing-masing meraih predikat harapan satu dan dua. Pada kategori mahasiswa, Universitas Airlangga berhasil keluar sebagai juara pertama, diikuti ITB di posisi kedua, ITS di posisi ketiga, dan UI sebagai juara harapan.

Kesembilan karya finalis menampilkan berbagai inovasi ramah lingkungan yang kreatif dan aplikatif. Dari tingkat SMA, muncul SALIA dari SMAN 1 Patianrowo, yaitu saringan limbah cair berbahan jerami, eceng gondok, dan serabut kelapa yang mampu menahan hingga 99 persen partikel mikroplastik.

BACA JUGA: Harapan Anak Muda kepada Prabowo-Gibran

SMAN 1 Bulukumba menghadirkan BASTEFIA BAG, kantong teh bebas mikroplastik yang terbuat dari serat pelepah pisang dan dapat terurai hanya dalam tujuh hari. SMAN 1 Sidayu memperkenalkan MyOcean, aplikasi edukatif berbasis Internet of Things (IoT) yang bertujuan meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya mikroplastik.

Sementara itu, SMA Unggulan Rushd mengembangkan jaring ikan organik berbahan serat daun nanas yang dapat terurai secara alami. Kemudian, SMA Progresif Bumi Shalawat menciptakan sistem deteksi mikroplastik berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama YOLOv12.

Dari tingkat mahasiswa, inovasi yang dihadirkan tak kalah menarik. Universitas Airlangga menghadirkan EcoThin Bioplastik, kemasan biodegradable berbahan dasar pati singkong dan limbah pisang.

ITB mengembangkan Ocean WaveTrap, teknologi pemisahan mikroplastik menggunakan gelombang ultrasonik dan sistem IoT dengan efisiensi tinggi. ITS memperkenalkan Filter Mikroplastik Vortex-Screw Surya, penyaring bertenaga surya yang mampu menangkap hingga 82 persen partikel mikroplastik.

Sementara itu, UI menciptakan ChitoZen Filter, kombinasi biochar tempurung kelapa, ZnO, dan kitosan. Inovasi ini mampu menurunkan kadar mikroplastik hingga 64,9 persen hanya dalam lima menit.

Fondasi Riset

Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini menegaskan bahwa Youth IMPACT bukan sekadar lomba, melainkan gerakan perubahan berbasis ilmu pengetahuan warga. “Youth IMPACT menjadi ruang bagi para anak muda untuk berinovasi demi lingkungan yang lebih sehat. Kegiatan ini sejalan dengan semangat ECOTON dan SDGs untuk menciptakan masa depan bebas plastik,” ujarnya.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember, Ihsanuddin, mengungkapkan bahwa inovasi ini bisa menjadi fondasi riset di masa depan. Namun, riset-reiset ini juga perlu dukungan lintas lembaga agar tidak berhenti di panggung kompetisi.

Melalui Youth IMPACT 2025, Ecoton dan para mitra memperkuat pesan bahwa upaya mencapai SDGs tidak bisa lepas dari masyarakat dan generasi muda melalui citizen science. Dengan riset, kolaborasi, dan semangat berbagi ilmu, anak muda Indonesia bisa menjadi agen perubahan untuk Indonesia yang berkelanjutan.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top