Blue Halo Model Baru Konservasi Laut dan Pengelolaan Perikanan

Reading time: 2 menit
Laut Indonesia perlu dijaga dari dampak perubahan iklim. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, Indonesia berkomitmen menjadi negara terdepan dalam isu perubahan iklim. Salah satunya melalui proteksi ekosistem, konservasi laut dan produksi perikanan yang terintegrasi.

Oleh karena itu, melalui melalui dukungan Green Climate Fund, Conservation International dan Konservasi Indonesia, meluncurkan model baru dari konservasi laut dan pengelolaan perikanan di Indonesia.

“Inisiasi Blue Halo S mendukung ekonomi kelautan yang tangguh di Indonesia. Caranya melalui penyelarasan secara insentif dari sisi ekologi dan ekonomi secara lebih baik,” ungkap Luhut dalam keterangannya.

Blue Halo S, adalah inisiasi pertama yang mengintegrasikan pendekatan perlindungan laut dan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Rancangan Blue Halo S ini harapannya ke depan bisa mendanai kegiatannya sendiri secara berkelanjutan.

Inisiasi Blue Halo S tim perkenalkan pada Tri Hita Karana Forum, site event dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan Konferensi Ocean 20 di Bali.

Blue Halo S mengintegrasikan dua elemen pengelolaan kelautan yang sering bertentangan yakni perlindungan lingkungan dan produksi ekonomi. Melalui inisiasi Blue Halo S, manfaat ekonomi dari pengembangan sumber daya kelautan yang berkelanjutan diinvestasikan kembali dalam perlindungan lingkungan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan, kawasan konservasi perairan, sebagai kawasan konservasi terbatas, memberikan layanan lingkungan dan ekologi yang penting.

“Kawasan konservasi yang terkelola dengan baik akan meningkatkan kesehatan laut dan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal,” kata dia.

Nelayan dari Mataram NTB Tengah Memanen Hasil Laut di Pantai Gerupuk, Lombok. Foto : Shutterstock

Kebutuhan Konservasi Laut

Chief Executive Officer Conservation International M. Sanjayan menyatakan, adanya kebutuhan kritis untuk melestarikan ekosistem dan keanekaragaman hayati laut. “Blue Halo S berfungsi sebagai cetak biru yang memungkinkan hal ini berkembang bersama,” imbuhnya.

Blue Halo S dapat dukungan dari pendekatan blended finance. Pendekatan ini berupaya untuk memobilisasi pendanaan publik dan filantropi secara strategis guna mendorong investasi swasta dalam konservasi laut dan pembangunan berkelanjutan.

Saat ini Green Climate Fund (GCF) telah mengumumkan persetujuan Project Preparation Facility (PPF). Nilainya hingga US$ 1,5 juta, untuk memulai Blue Halo S di Indonesia.

Pendekatan pengelolaan Blue Halo S akan tim ujicobakan di wilayah pengelolaan perikanan 572 yang terletak di bagian barat Sumatra. Kegiatan percontohan mencakup investasi dalam perlindungan dan rehabilitasi ekosistem karbon biru.

Kemudian dukungan untuk perluasan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan laut, pengelolaan perikanan berkelanjutan, dan pembangunan ekonomi biru yang inklusif.

Semua hal itu harapnya dapat berkontribusi terhadap peningkatan mitigasi, adaptasi, dan ketahanan iklim di Indonesia.

“Kami optimis ke depannya model ini juga dapat diadaptasi untuk ekosistem laut di wilayah lain di dunia,”

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top