Cerita Dari Tim Ekspedisi Sumba 2014

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Jakarta (Greeners) – Pada tanggal 31 Agustus – 6 September 2014 lalu, Hivos-Indonesia, sebuah organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah mengadakan “Ekspedisi Sumba The Iconic Island for Renewable Energy” sebagai salah satu bentuk kampanye mencarikan solusi atas ketersediaan energi terbarukan bagi masyarakat Indonesia.

Dewi Suciati selaku Communications Officer Hivos menjelaskan, bahwa Sumba, Nusa Tenggara Timur, adalah daerah dengan penduduk termiskin ke tiga di Indonesia dan juga termiskin nomor satu di Indonesia Timur.

“Sebagian besar masyarakat Pulau Sumba itu belum mendapatkan akses terhadap listrik. Nah, bersama dengan masyarakat Sumba, Hivos berupaya untuk mengubah kondisi tersebut,” ujar Dewi.

Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Pembuatan fasilitas biogas dilakukan bersama dengan volunteer dari Indonesia dan Belanda serta warga setempat. Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Tim Ekspedisi Sumba yang terdiri dari empat orang volunteer dari Indonesia dan empat orang volunteer dari Belanda ini, jelas Dewi, telah berkeliling, tinggal, berinteraksi, bekerjasama, dan mencari solusi untuk ketersediaan energi terbarukan bersama masyarakat Sumba.

Salah satu peserta dari Indonesia bernama Shally Pristine, mengaku, bahwa setelah melihat minat dan keinginan dari masyarakat Sumba untuk berubah, dirinya pun merasa optimis dengan masa depan energi terbarukan di Indonesia.

Foto: greeners.co/Hermintia

Volunteer dan warga berfoto bersama sambil menunjukan hasil ladang. Dengan memanfaatkan energi terbarukan, sawah dan ladang warga Lewa, Sumba Timur, dapat di aliri air. Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Shally juga menceritakan bahwa dirinya bertemu dengan banyak tokoh lokal yang sangat berpengaruh selama ekspedisi berlangsung. Di antaranya, Pater Mike, seorang pendeta di Sumba Barat Daya, dan Pak Made, seorang petani teladan di Sumba Timur, yang dapat memberdayakan masyarakat di sekitarnya untuk menggunakan energi terbarukan.

Tidak hanya itu, kedua tokoh lokal ini juga mampu mengelola dan merawat fasilitas, seperti biogas maupun micro-hydro, yang telah dibangun bersama masyarakat di desa-desa. Sehingga, masyarakat Sumba mampu memiliki kualitas hidup yang lebih baik karena mendapatkan akses energi yang telah diperoleh.

“Adanya orang-orang seperti mereka membuat saya percaya bahwa teknologi yang kami tinggalkan di Sumba dapat dijaga dan dirawat, sehingga masyarakat Sumba mampu memperbaiki kualitas hidupnya,” tutur Shally.

Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Panel surya yang sudah terpasang di Sumba. Foto: greeners.co/Hermitianta Prasetya

Setelah melakukan Ekspedisi Sumba ini, tugas para peserta selanjutnya adalah melakukan kampanye tentang pentingnya energi terbarukan dan melakukan penggalangan dana untuk membantu menyediakan listrik melalui teknologi energi terbarukan bagi masyarakat Sumba.

“Tim ekpedisi berencana membangun 10 unit instalasi biogas di Sumba dengan mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut berpartisipasi melalui mekanisme crowd funding secara terbuka,” kata Dewi.

(G09)

Top