Bali (Greeners) – Seperti halnya merawat “anak sendiri”, ungkapan tepat untuk Sudira terkait misinya menanam mangrove, merawat dan melindungi kelestariannya melalui Forum Peduli Mangrove Bali.
Komunitas yang berdiri 26 Juni 2013 ini berpusat di Nusa Dua, Bali. Pulau Dewata dengan beragam kekayaan wisata, alam dan budayanya memiliki kesan personal bagi lelaki asli Bali ini. Demikian pula dengan posisi hutan mangrove di Bali, banyak wisatawan melirik pesonanya. Sebab hutan mangrove ini di kelilingi lokasi wisata populer.
“Hutan mangrove di Bali ini satu-satunya ada di pusat, posisinya strategis, ada di baratnya pantai Nusa Dua, timurnya pantai Kuta dan selatannya pantai Sanur. Sebagai orang Bali, saya berkewajiban untuk menjaganya” katanya kepada Greeners baru-baru ini.
Semangat ini terus ia tularkan agar semakin banyak masyarakat yang peduli dengan ekosistem mangrove. Menurutnya, mangrove sangat berperan bagi ekosistem manusia. Selain mencegah abrasi, mangrove dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyimpan ekosistem perairan.
Namun sayangnya, belum semua masyarakat sadar akan peranan penting mangrove. Sudira sangat mengapresiasi langkah dan kebijakan pemerintah dalam melakukan percepatan rehabilitasi ekologi mangrove. Akan tetapi, belum semua paham dan tahu betul cara budi daya mangrove yang benar.
Mangrove Perlu Perlakuan Khusus
Beberapa hal yang harus masyarakat perhatikan saat budidaya mangrove antara lain jenis mangrove, besar kecilnya ombak, tingkat populasi hama keong, serta zona habitat mangrove. Selama ini, sambungnya, penanaman mangrove kurang memerhatikan kecocokan jenis dan zona mangrove.
“Imbasnya, pasti akan banyak yang mati. Prinsip tanam, rawat, jaga dan hidup ini harus kita tanamkan,” paparnya.
Habitat terdepan mangrove yaitu air asin. Pohon yang mampu menyesuaikan adalah jenis mangrove api-api (Avicenia sp). Selanjutnya, dengan diikuti sistem perakaran lutut, di belakang mangrove api-api cocok untuk habitat jenis Rhizophora.
Sementara di belakang Rhizophora yaitu habitat Bruguiera dan beberapa jenis campuran Candelia. Sementara paling belakang atau mendekati daratan yaitu cocok untuk habitat Tangal, Buta-buta dan Soneratia.
Sudira mengungkapkan, sebenarnya beberapa jenis mangrove bisa ditanam di bagian zona depan. Asalkan harus mendapat perlakuan khusus. Misalnya, pastikan terlebih dahulu memberikannya kotak dekomposer yang berisi pupuk dan timbunan tanah pasir. “Tujuannya agar saat pasang maka bisa bertahan hidup,” imbuhnya.
Jangan Hanya Kejar Kuantitas Penanaman Mangrove
Ia menyebut, saat ini gencar target penanaman mangrove. Bahkan tak jarang banyak yang memburu kuantitas jumlahnya daripada kualitas mangrove yang keberlanjutan. Idealnya penanaman mangrove harus memastikan jarak tanamnya yaitu 1 x 1 meter. “Bukan sekadar asal banyak aja, tapi perlakukan dan rawat agar tak mati. Juga harus melakukan monitornya setiap saat,” katanya.
Selain itu, beragam program sudah Forum Peduli Mangrove lakukan, seperti pembuatan polybag organis dari serat bambu pengganti plastik. Sudira menyebut, sudah menjadi kebiasaan untuk menanam tanpa melepas polybag agar bibit lebih kuat tertanam.
Ia memperkirakan wadah organik itu dapat bertahan hingga sekitar 6 hingga 8 bulan. Waktu tersebut sangatlah cukup agar akar mangrove bisa tertanam. Pemakaian polybag organik harapannya bisa mengurangi wadah plastik yang turut mencemari lingkungan pantai. “Kalau misal kita menanam ribuan mangrove bisa kita bayangkan bukan berapa limbah plastik yang kita hasilkan,” tandasnya.
Ide penggunaan wadah bambu organik pengganti plastik menjadi salah satu terobosan yang Forum Peduli Mangrove Bali terapkan. Tujuannya agar penanaman mangrove tak menghasilkan masalah baru yakni sampah. Akan tetapi, bersinergi menjaga kelestarian lingkungan.
Penulis : Ramadani Wahyu