Surabaya (Greeners) – Lembaga Ecological Observation and Conservation (ECOTON) menemukan data dalam kurun waktu tiga tahun, setiap orang dapat menghasilkan sekitar 4.000 sampah botol plastik dan 2.000 kantong plastik. Sampah yang bermuara ke laut bisa melampaui jumlah ikan di tahun 2050. Upaya pengurangan sampah (reduce) mendesak.
Atas kajian tersebut, ECOTON tergerak membuat pameran dengan objek berbagai sampah plastik, mulai dari kantong dan botol plastik sekali pakai, kemasan produk hingga popok sekali pakai. Sampah-sampah tersebut diambil dari berbagai sungai di Jawa, mulai dari Kali Brantas Surabaya, Bengawan Solo, teluk Jakarta hingga Sungai Ciliwung.
Namun penyumbang sampah terbanyak berasal dari Kali Brantas Surabaya dan akhirnya terkumpullah ribuan sampah lokal. Sampah yang sudah bersih, ECOTON pamerkan sebagai objek pengingat pengunjung atas bahayanya ke lingkungan.
ECOTON tergerak untuk mengedukasi segala lapisan masyarakat karena sampah plastik terus mencemari sungai dan laut Indonesia.
Founder ECOTON Prigi Arisandi mengatakan, dalam pengelolaan sampah ada upaya reduce, reuse dan recycle (3R). Baginya reduse atau pengurangan sampah menjadi bagian paling penting.
“Kebanyakan orang masih berpikir pada recycle yang otomatis masih ada sampah, paling penting adalah mencegah yaitu menerapkan reduce, dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” katanya kepada Greeners di lokasi pameran, Selasa (28/9).
ECOTON menggelar pameran bertajuk Fish Fersus Flastik sejak 20 September hingga 2 Oktober 2021 di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Sampah Plastik Cemari Sungai dan Laut
Masih terkait sampah plastik lanjut Prigi, pengelolaannya tidak mudah. Plastik sachet misalnya, memiliki banyak lapisan atau layer pengelolannya harus terpisah satu dengan lainnya. Akhirnya kebanyakan orang akan membakar atau membuangnya. Praktik ini mencemari tanah dan air, karena terurai oleh alam pun butuh waktu lama.
Tak hanya itu, jika masyarakat tak segera mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, jumlah sampah akan mendominasi dibanding ikan di sungai dan laut.
“Jika tidak ada kesadaran, tahun 2050 jumlah ikan akan lebih sedikit dibanding sampah plastik yang kita buang ke sungai atau laut,” tegasnya.
Prigi khawatir terhadap dampaknya di Indonesia sebagai negara tropis yang sering terpapar sinar matahari. Ia menyebut, sinar matahari mempercepat proses fragmentasi plastik yang kemudian terpecah menjadi kecil-kecil dan terbentuk mikroplastik.
“Mikroplastik yang ukurannya kurang dari 5 mm. Ikan dapat memakan mikroplastik itu karena mirip dengan plankton sumber makanan ikan,” ucapnya.
Oleh sebab itu, kegiatan pameran plastik ini berupaya mengingatkan seluruh komponen masyarakat terhadap sampahnya. ECOTON juga sekaligus membangun kesadaran, tindakan pengurangan plastik sekali pakai. Perilaku bisa berupa membawa kantong belanja sendiri, minum tanpa sedotan plastik dan membiasakan bayi tak memakai popok sekali pakai.
Penulis : Jelita Sondang Samosir