Antisipasi Demam Berdarah Dengue, Warga Diminta Lakukan 3M Plus

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksikan bahwa puncak banjir di beberapa wilayah khususnya pulau Jawa akan terjadi pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2015. Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan meminta kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dan selalu waspada serta mengantisipasi terhadap serangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Melalui keterangan tertulis yang diterima oleh Greeners, Menteri Kesehatan, Nila F. Moelek, menyatakan bahwa pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, serta tempat-tempat tertentu yang terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air akibat banjir itu akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Nila mengimbau semua orang, baik pemimpin tertinggi sampai rakyat harus menyadari bahaya yang diakibatkan oleh genangan air saat banjir. Para orangtua pun, lanjutnya harus bisa melarang dan mencegah anak-anaknya untuk bermain di genangan air banjir tersebut.

“Anak-anak dilarang bermain di area banjir karena resikonya terlalu berbahaya,” terang Nila, Jakarta, Selasa (13/01).

Untuk mengatasi permasalahan DBD ini, Nila juga meminta masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3M Plus, yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur, dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat.

Sedangkan Plus yang dimaksud adalah melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

“Pencegahan ini perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan,” tambahnya.

Sebagai informasi, menurut catatan dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2014 tercatat penderita DBD di 34 provinsi sebesar 71.668 orang, 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013) dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871.

Meskipun secara umum terjadi penurunan kasus pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara.

Tercatat ada lebih kurang 7 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini, yaitu Kabupaten Morowali (Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten Belitung Timur (Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten Ketapang (Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau) dan Kota Dumai (Riau).

Demam Berdarah Dengue atau DBD sendiri disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.

Gejala awal DBD, antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.

(G09)

Top