Jakarta (Greeners) – Guna mendukung upaya penyelamatan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus sp.), Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), membangun Pusat Penelitian Orangutan/PPO (Orangutan Reseacrh Center) di Samboja, Kalimantan Timur.
PPO yang dibangun pada awal tahun 2017 ini merupakan hasil kerjasama antara Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi KSDA (BLI KLHK), Balai KSDA Kalimantan Timur (Ditjen KSDAE), dan Yayasan Jejak Pulang. Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, menyatakan bahwa PPO tidak hanya sebagai pusat penyelamatan, namun juga sebagai penyedia kajian IPTEK terkait rehabilitasi dan reintroduksi, sehingga dapat diperoleh metode rehabilitasi dan pelepasliaran yang tepat.
BACA JUGA: Upaya Konservasi Orangutan Masih Terus Dilakukan
Ia menilai banyaknya orangutan yang masuk pusat rehabilitasi dan reintroduksi, menunjukkan belum optimalnya upaya mengurangi konflik orangutan, seperti pembangunan koridor satwa, kawasan ekosistem esensial dan pusat penyelamatan orangutan.
“Masih terdapat kelemahan dalam pusat rehabilitasi dan hal ini memengaruhi keberhasilan pasca pelepasliaran dan berimplikasi pada hasil penelitian,” ujar Ahmad, Jakarta, Selasa (10/10).
Inisiasi penelitian orangutan di PPO sendiri dilatarbelakangi oleh kondisi normal orangutan yang akan mendampingi anaknya sampai usia kurang lebih 8 tahun. Pada masa-masa penting tersebut, anak orangutan akan diajarkan cara-cara mengenali pakan (apa, dimana, dan kapan), memproses pakan, serta mengenali bahaya.
Ahmad menjelaskan bahwa metode pengasuhan masih digunakan dalam penelitian ini, sedangkan observasi lebih lanjut dilakukan dalam bentuk sekolah dan akademi hutan, populasi paska pelepasliaran, kelayakan area pelepasliaran dan penyebaran penyakit.
PPO secara teknis dikelola oleh Balitek KSDA Samboja dan berlokasi di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja Km 6, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Saat ini terdapat enam individu orangutan di pusat ini, yang dinamakan Robin, Amalia, Eska, Tegar, Cantik, dan Gonda. Keseluruhan orangutan ini merupakan hasil penyerahan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara dan masih berusia dini (0-8 tahun).
BACA JUGA: Ini Penjelasan Konsep Pemotretan Foto Luna Maya bersama Orangutan
Selain sebagai pusat penelitian, rehabilitasi, dan reintroduksi, PPO juga dikelilingi oleh kawasan yang memiliki berbagai potensi jasa lingkungan, seperti tumbuhan obat, kawasan air terjun serta kebun benih yang sekaligus menjadi konservasi eksitu untuk beberapa tumbuhan endemik Kalimantan.
“Selain manfaat ekologis kawasan sebagai pengatur tata air, bagi masyarakat keberadaan PPO juga bermanfaat dalam membuka kesempatan kerja seperti tenaga pengamanan, pengasuh orangutan, dan penyuplai pakan orangutan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BLI KLHK, Henry Bastaman yang turut hadir di acara ini berharap PPO tidak hanya dapat meningkatkan keberhasilan paska pelepasliaran orangutan di alam liar, namun dapat berkontribusi dalam penyusunan regulasi, dan kebijakan terkait program rehabilitasi dan reintroduksi orangutan. Upaya restorasi kawasan hutan yang dilakukan KLHK mulai menunjukkan keberhasilannya, dan ini perlu dikembalikan fungsi ekosistemnya, termasuk potensi flora fauna yang hilang, dan pengembalian orangutan ke habitatnya merupakan salah satu upaya tersebut.
“Upaya pengembalian ini tidak mudah, dan perlu cara-cara khusus, dan upaya-upaya yang sinergi serta penelitian agar memperoleh tingkat keberhasilan paska pelepasliaran yang tinggi,” pungkasnya.
Penulis: Danny Kosasih