Emil Salim: Sungai Jakarta Perlu Pola Penanganan seperti Citarum

Reading time: 2 menit
citarum
Relawan dan komunitas terjun ke sejumlah sungai di Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, untuk membersihkan sampah, Minggu (01/10/2017). Foto: greeners.co/Muhajir Arifin

Jakarta (Greeners) – Tokoh lingkungan hidup Emil Salim menyoroti keadaan sungai-sungai yang ada di Jakarta karena banyaknya sampah yang berakhir di laut. Emil mengatakan bahwa harus ada sistem penanganan sampah di 17 sungai di Jakarta seperti program Sungai Citarum Bersih. Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengaku sudah melakukan yang terbaik untuk membersihkan waduk, sungai, dan kali yang ada di Jakarta.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup era pemerintahan Presiden Soeharto ini mengatakan, dari hasil pengamatan udara menggunakan helikopter nampak masih banyak sampah fisik, limbah cair, dan sampah golongan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berserakan di sungai-sungai lalu mengalir ke teluk Jakarta. Menurutnya, sungai-sungai di Jakarta perlu penanganan seperti yang diterapkan di Sungai Citarum.

“Saya punya mimpi kalau pola penanganan sampah di Citarum bisa diterapkan juga di 17 sungai yang ada di Jakarta karena ada sungai Cisadane, Ciliwung, banjir kanal barat, banjir kanal timur, kali Sunter yang semuanya itu mengalir ke teluk Jakarta. Jadi, andaikata pola pembersihan sungai Citarum bisa diterapkan di 17 sungai yang mengalir ke teluk Jakarta, maka sungai-sungai bisa kembali sehat dan masyarakat juga terjamin untuk sumber air,” ujar Emil kepada Greeners, Rabu (12/09/2018).

BACA JUGA: Pembersihan Sungai Citarum Kini Fokus pada Warna Air 

Menurut Emil saat ini sungai menjadi prioritas terpenting yang harus diperhatikan pihak pemerintah karena sungai adalah sumber kehidupan bagi manusia. Jika air sungai tercemar dan kotor, warga akan kesulitan mendapatkan air bersih.

“Dalam penanganan sampah jangan kita ‘tembak’ ke seluruh penjuru Republik Indonesia, tapi utamakan yang menjadi prioritas. Air itu sangat penting dan air di Jakarta semakin langka karena penduduknya semakin padat hingga akhirnya (warga) mengebor air dari tanah. Akibatnya banyak tanah-tanah yang ada di Jakarta sudah amblas,” kata Emil.

Diketahui bahwa salah satu penyebab menurunnya permukaan tanah di Jakarta karena banyak warga yang menyedot air tanah, sehingga membuat tanah di Jakarta mudah amblas. Penurunan permukaan tanah juga membuat risiko banjir rob meningkat karena naiknya permukaan laut.

“Permukaan air laut naik karena adanya perubahan iklim. Jika air laut naik dan tanah utara Jawa turun, diprediksi saat tahun 2030 hingga 2050 seluruh Jawa akan mengalami banjir rob. Lagi-lagi penyelamatan sungai menjadi penting di kasus seperti ini,” kata Emil.

BACA JUGA: KLHK Berikan Bantuan Dana 12 Miliar untuk Pengelolaan Sampah Sungai Citarum 

Terkait hal ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji menyatakan bahwa DLH sudah melakukan upaya pembersihan di sungai-sungai di Jakarta secara maksimal. Ia bahkan menyatakan akan memberhentikan petugas kebersihan yang bertanggung jawab akan kebersihan sungai jika sungai di Jakarta masih kotor.

“Jadi sekarang boleh saya bilang kalau kali, sungai, waduk Jakarta sampai Kepulauan Seribu lebih bersih dibandingkan Jakarta 10 tahun yang lalu. Saat ini ada 4.500 petugas kebersihan yang saya tempatkan di waduk, kali, dan sungai di Jakarta. Bahasa sederhana saya kepada petugas kebersihan yang bertugas adalah ‘saya tidak mau waduk, kali, dan sungai di Jakarta kotor. Kalau kotor dan menjadi viral, kalian akan saya bersihkan semua’,” kata Isnawa.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan bahwa pernyataan Emil Salim terkait sampah yang ada di sungai berujung pada sampah di laut. KLHK sendiri berulang kali menyampaikan bahwa kebanyakan sampah di laut berasal dari sampah yang ada di darat.

“Sebanyak 80% sampah di darat bocor ke sungai dan kali yang mengakibatkan sampah terbawa ke lautan. Jadi upaya dari kami ialah mengendalikan sampah yang ada di kota-kota. Maka dari itu, KLHK sudah bekerjasama dengan para walikota dan bupati untuk membangun fasilitas Pusat Daur Ulang (PDU), Bank Sampah Induk (BSI), Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS), tempat sampah terpilah, dan motor sampah,” kata Vivien.

Penulis: Dewi Purningsih

Top