Pembersihan Sungai Citarum Kini Fokus pada Warna Air

Reading time: 2 menit
sungai citarum
Foto: wikimedia commons

Jakarta (Greeners) – Kementerian Koordinator Kemaritiman melalui Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin menyatakan bahwa sampah domestik di Sungai Citarum sudah 90-95 persen terangkat. Dengan demikian saat ini pembersihan berfokus kepada air sungai Citarum yang hitam dengan cara mengecor saluran pembuangan air limbah industri.

“Di Sungai Citarum 90 sampai 95 persen sampah domestik sudah diangkat, botol-botol plastik, kemasan makanan sudah tidak ada. (Sampah) paling ada setelah hujan datang, itu juga dari sisa-sisa sampah yang ada di darat,” kata Safri kepada Greeners, Jakarta, Kamis (06/09/2018).

Safri mengatakan fokus saat ini pada air sungai Citarum yang masih hitam akibat pembuangan air limbah yang ada di sekitar Sungai Citarum. Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan sebelumnya pernah mengatakan akan menindak tegas para pengusaha dan industri yang mengotori Sungai Citarum. Namun hal ini diakui Safri sangat sulit karena tidak ada industri yang mau mengaku dan mau bertanggung jawab atas pencemaran limbah yang ada di Sungai Citarum.

“Kita lakukan pengecoran terhadap 100 pipa pembuangan pabrik. Hal itu kami lakukan karena tidak ada yang mau mengaku, tapi begitu dicor ketahuan siapa yang punya. Kadang memang tidak semuanya harus memakai hukum tapi tindakan tegas harus maju duluan,” ujarnya sambil tertawa.

BACA JUGA: Menko Luhut Siap Menindak Perusahaan Pencemar Sungai Citarum 

Setelah dilakukan penutupan pipa pembuangan air limbah dengan pengecoran tersebut, ada 70 perusahaan yang mengaku dan melakukan perbaikan air limbahnya agar menjadi jernih. Ke tujuh puluh perusahaan tersebut tidak mendapat sanksi hukum melainkan sebatas penyadaran dan pembinaan.

“Dari 100 yang dicor pipa pembuangan air limbahnya, sudah dibuka 70 pipa industri. Dibuka karena mereka melapor dan mulai memperbaiki limbahnya menjadi jernih serta ada komitmen dari mereka, seperti membangun sistem instalasi air limbahnya dan keluarnya bersih,” jelas Safri.

Safri mengatakan masih tersisa 30 pipa yang masih dalam tahap proses pencarian sumber industrinya. Untuk menampung air limbah industri ke depannya akan dilakukan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal untuk untuk setiap industri yang biayanya akan ditanggung sendiri oleh industri tersebut.

BACA JUGA: KLHK Berikan Bantuan Dana 12 Miliar untuk Pengelolaan Sampah Sungai Citarum 

Dalam siaran pers Kemenko Maritim, Menteri Luhut meminta para pengusaha industri untuk membuat IPAL komunal. Gubernur Jawa Barat juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan relokasi beberapa industri di wilayahnya ke daerah-daerah yang lebih aman pembuangan limbahnya.

“Saya sudah bertemu dengan para pengusaha, kita harus memenuhi aturan. Dampaknya sudah diperlihatkan tadi oleh Pak Gubernur 340 ribu ton kotoran limbah industri masuk ke Citarum. Itu baru limbah (industri) saja. Ada 30 juta lebih penduduk yang tinggal di bantaran Citarum, mau kemana kita? Keturunannya bisa kena kuntet (kerdil, Red.). Saya baru terima laporan hasil penelitian IPB, semua ikan di sana sudah tidak layak makan,” ujar Luhut.

Asisten Deputi IV Bidang Pendidikan dan Pelatihan Maritim TB Haeru Rahayu mengatakan bahwa sistem IPAL komunal ini dibagi menjadi level atas industri dan level bawah industri. Industri level atas bisa membangun satu IPAL komunal sendiri, sedangkan industri level bawah akan punya satu IPAL komunal untuk lima industri.

“Sejujurnya saat ini hanya ada satu IPAL komunal, itu pun juga tidak berfungsi dengan baik. Jadi dari ribuan industri seharusnya ada kurang lebih lima ratusan IPAL komunal, harus banyak berjuangnya kita ini,” kata Haeru.

Penulis: Dewi Purningsih

Top