Gerakan Kolekte Sampah Wujud Pertobatan Ekologis

Reading time: 3 menit
Umat gereja di Keuskupan Bogor memilah sampah dan didorong terus bergaya hidup hijau untuk kelestarian alam. Foto: Keuskupan Bogor

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong peran aktif organisasi keagamaan dan Keuskupan Gereja di Bogor menjadi garda terdepan pengelolaan sampah di Indonesia. Salah satu bentuknya kolekte sampah di gereja sebagai wujud pertobatan ekologis.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, survei nasional literasi digital mengungkap keluarga dan tokoh agama merupakan sumber informasi yang banyak masyarakat percayai. Sebanyak 50,6 % responden memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang mereka peroleh dari tokoh agama.

“KLHK sebelumnya telah bergerak bersama keluarga MUI. Kini kami mendorong Keuskupan Gereja Bogor untuk terlibat aktif, menyerap ilmu dari sini lalu menyebarkannya. Karena kita percaya kalau tokoh agama dilibatkan, umatnya juga akan ikut,” katanya dalam Webinar Mewujudkan Pertobatan Ekologis Melalui Gerakan Kolekte Sampah, Jumat (18/2).

Mengusung tema “Kelola Sampah, Turunkan Emisi dan Bangun Proklim”, Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2022 sambung Vivien lebih menekankan pada ketepatan pengelolaan sampah. Terutama sampah organik sehingga berpengaruh menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Sampah organik yang masyarakat buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) akan menghasilkan gas metan dan menimbulkan GRK.

Oleh karena itu, Vivien mengingatkan masyarakat untuk memilah sampah terlebih dahulu sebelum akhirnya terkelola. Sampah yang masih memiliki nilai dan kegunaan sebaiknya masyarakat daur ulang. Konsep ekonomi sirkular ini akan memberi keuntungan. Misalnya, sampah organik yang dapat menjadi kompos.

“Kalau circular economy itu prinsipnya adalah sampah dikelola dan setelah itu berputar memberikan keuntungan finansial, baik itu melalui didaur ulang atau dipakai lagi. Jadi tidak ada sampah terbuang ke TPA,” ungkapnya.

Sementara itu sampah yang tak bisa terdaur ulang bisa terolah dengan pemanfaatan teknologi. Misalnya, pembangkit listrik tenaga sampah yang ada di Surabaya dan saat ini telah terimplementasi di TPA Solo.

Cegah Sampah dengan Pembatasan Plastik Sekali Pakai

Pendekatan lain yang pemerintah lakukan yaitu terkait pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Beberapa larangan pembatasan plastik sekali pakai yaitu kantong belanja plastik, hingga sedotan plastik.

Saat ini, tercatat dua provinsi, yakni Bali dan DKI Jakarta dan 71 kabupaten kota yang telah mengeluarkan kebijakan daerah terkait pelarangan penggunaan tas belanja sekali pakai sebagai upaya pengurangan sampah.

Jumlah sampah plastik yang Indonesia hasilkan sangat besar seiring dengan gaya hidup jual beli online yang marak di lingkungan masyarakat Indonesia. Mengacu pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sebanyak 39,3 % komposisi sampah di Indonesia adalah sampah sisa makanan. Sedangkan 17 % lainnya plastik, selanjutnya 14 % yaitu kayu atau ranting.

“Sehingga isu sampah plastik ini juga menjadi pekerjaan rumah besar untuk kita. Bagaimana kita mau mengurangi plastik sedangkan kita inginnya serba praktis. Makanan dan beli online semuanya berbungkus sampah plastik,” paparnya.

Sementara itu Direktur Pengurangan Sampah KLHK Sinta Saptarina mengatakan, plastik bisa termanfaatkan sebagai circular economy. Misalnya botol plastik bekas dapat tereproduksi menjadi botol baru.

Hal paling penting dalam pengurangan sampah di antaranya dengan memastikan gaya hidup minim sampah. “Misalnya mengurangi penggunaan sampah, memastikan makanan selalu habis. Kalau tidak habis bisa untuk pupuk dan juga pilah sampah dari rumah atau komunitas gereja,” imbuh Sinta.

Menurutnya, kebutuhan daur ulang plastik di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu 7,6 juta ton per tahun. Indonesia bahkan harus mengimpor bahan baku karton dan plastik yang mencapai 3,43 juta ton. Sinta mengungkap, permasalahan utamanya terletak pada belum terpilahnya sampah plastik di Indonesia.

Seruan Kolekte Sampah

Terkait kolekte sampah, Uskup Keuskupan Bogor Paskalis Bruno Syukur menyatakan, dua hal krusial kegiatan kolekte sampah ini menyangkut pertobatan ekologis. Hal ini berhubungan dengan spirit roh bagi lingkungan hidup dan manusia.

Kedua, spirit roh gerakan untuk manusia memperbarui hidup dan relasinya. Baik itu relasinya dengan Allah, manusia dan semesta alam dengan sikap menghargai, melindungi dan merawat.

“Sehingga tidak menjadi manusia yang serakah, yang menghancurkan alam semesta ini. Tapi menjaga pemeliharaan dan melanggengkan keberadaan alam semesta ini,” katanya.

Senada dengan itu, Komisi Ekologi Keuskupan Bogor Yosef Irianto Segu mengungkapkan, tindakan itu merupakan cerminan dari iman spiritual umat. Sehingga apapun tindakan manusia, termasuk pada alam dan lingkungan bersumber dari tingkat spiritualnya.

“Bapak Paus Fransiskus pernah berkata bahwa membuang sampah plastik ke laut atau saluran air merupakan tindakan kriminal. Kita dapat membunuh keanekagaraman hayati dan membunuh segalanya. Tindakan kita merupakan cerminan dari iman masing-masing,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top