IZWCC 2018, Industri Diminta Mencari Solusi Jangka Panjang atas Residual Waste

Reading time: 3 menit
izwcc 2018
Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Bandung (Greeners) – Untuk mewujudkan circular city atau kota dengan konsep berkelanjutan, dibutuhkan tidak hanya peran aktif pemerintah melainkan juga pihak swasta, termasuk industri. Danone-AQUA, salah satu perusahaan air minum dalam kemasan yang cukup besar di Indonesia, menyatakan diri berkomitmen mendukung konsep ini di Indonesia dengan menciptakan kemasan yang mudah di daur ulang. Namun demikian, Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) menyatakan hal yang bertolak belakang terkait komitmen tersebut.

Dalam acara International Zero Waste Cities Conference (IZWCC) pada sesi “The Role Corporations Play”, Senin (05/03), GAIA menyampaikan data yang menunjukkan bahwa Danone berada di peringkat ke-7 (2,16 %) penghasil residual waste atau sampah residu terbanyak di Indonesia.

Secara lebih rinci, 10 perusahaan yang memproduksi residual waste berdasarkan data GAIA, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebesar 8,36%, PT Santos Jaya Abadi 7,17%, PT Unilever Indonesia Tbk 6,99%, PT Mayora Indah Tbk 4,95%, Wings Corporation 4,91%, PT Djarum 2,28%, Group Danone 2,16%, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 2,00%, Orang Tua (OT) 1,81%, PT Garuda Food Putra Putri Jaya 1,79%.

“Jadi perusahaan-perusahaan ini sudah melakukan sesuatu tapi tidak banyak. Contohnya Nestle yang mencoba mengumpulkan sampah-sampah yang dari sachet itu, dijadikan batu bata, tapi menurut saya itu bukan solusi yang bagus dan bukan untuk jangka panjang,” ujar perwakilan dari GAIA Asia Pasific, Froilan Grate, di Bandung, Senin (05/03).

BACA JUGA: International Zero Waste Cities Conference Digelar di Bandung

Froilan mengatakan bahwa perusahaan harus mulai memikirkan produknya dengan memakai bahan-bahan ramah lingkungan. Ia menyatakan bahwa produk harus di re-design kembali agar tidak menggunakan material plastik sekali pakai.

Menanggapi hal ini, Direktur Sustainable Development Danone-AQUA, Karyanto Wibowo, yang turut hadir dalam acara tersebut menyatakan bahwa perusahaannya akan menjalankan komitmen yang telah dibuat dalam upaya pelestarian lingkungan.

“Siapapun boleh mengeluarkan riset atau analisa seperti itu, tapi kami mempunyai komitmen dan akan melakukan inisiatif pada komitmen kami. Feedback dari mereka (GAIA) kami gunakan sebagai referensi,” kata Karyanto.

Karyanto menjelaskan, sejak tahun 2010, Danone-AQUA telah menginisiasi pembangunan 6 Recycling Business Unit (RBU) di Tangerang Selatan, Bali dan Bandung bekerjasama dengan Namasindo untuk menarik sampah kemasan di lingkungan. Danone-AQUA juga berambisi untuk me-recover lebih banyak sampah kemasan plastik dari yang diproduksinya pada tahun 2030.

“Dari 15 persen jumlah produksi yang dikeluarkan Aqua setiap harinya, kami sudah mendaur ulang 12 ribu ton per tahun yang kita kelola dengan 6 RBU. Kami punya ambisi untuk sampai ke 2030, makanya kita mempunyai milestone untuk collect dan recycle sesuai target yang didefinisikan. Seperti tahun 2020, kami menargetkan 25 persen untuk me-recover yang di mana target tersebut terus bertambah di setiap tahunnya,” lanjutnya.

BACA JUGA: Industri Daur Ulang Sampah Menjadi Contoh Sistem Ekonomi Melingkar

Menurut Karyanto, Danone-AQUA menerima produk recycle hanya dari tempat-tempat yang sudah terkoneksi dan terjaring oleh perusahaan Danone-AQUA. Alasannya adalah supaya koleksi jaringan terutama pada sektor informal langsung memberikan pengaruh kepada pemulung.

“Saat ini kami sedang membangun pilot model yang selanjutnya kami replika. Harus diakui bank sampah saat ini banyak yang tidak sustainable, banyak yang mati, karena bank sampah seharusnya diberikan jalur untuk menyuplai produknya. Maka itu, bank sampah yang ada di Jakarta Barat kami established dengan BSI (Bank Sampah Induk). BSI merupakan bank-bank sampah unit sehingga mereka punya outlet produknya. Dari bank sampah induk itu akan ke recycling unit, kemudian baru diproses produk-produknya ke Danone-AQUA,” kata Karyanto.

Sebagai informasi, acara International Zero Waste Cities Conference (IZWCC) diselenggarakan pada 5-7 Maret 2018 di Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung. Acara ini mengangkat tema “Circular City adalah Kota Masa Depan”.

IZWCC 2018 dihadiri oleh perwakilan kota-kota dari dalam dan luar negeri yang sudah ataupun yang sedang mengembangkan konsep zero waste cities. Konferensi ini juga menghadirkan para ahli dan praktisi dari kota-kota model zero waste di India, Filipina, Amerika Serikat, Eropa dan Indonesia. Mereka menunjukkan bagaimana mengurangi limbah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui cara yang telah teruji, terbukti, dan relatif mudah direplikasi.

Penulis: Dewi Purningsih

Top