Kampanye Lingkungan, Chartis Latih Pemahaman Siswa SD Soal Banjir

Reading time: 2 menit
Jakarta sudah identik dengan banjir karena aliran sungai yang meluap. “Saya enggak suka kalau sekolah diliburin kalau banjir. Bosen soalnya di...

Jakarta sudah identik dengan banjir karena aliran sungai yang meluap. “Saya enggak suka kalau sekolah diliburin kalau banjir. Bosen soalnya di rumah,” tutur Euis, murid kelas 4 SDN 03 Bangka, Kemang, Jakarta Selatan kepada Greeners.

Kawasan rumah Euis pun turut terkena banjir. Ketika banjir, biasanya gadis cilik ini membantu ibunya mengangkat barang ke atas, ke tempat yang lebih tinggi di rumahnya.

Aman Surachman, kepala sekolah di SD Euis pun bercerita kalau ia seringkali meliburkan sekolah karena kebanjiran. ”Pernah banjirnya sampai 1,5 meter,” tuturnya.

Banjir itu berasal dari luapan sungai, wilayah tersebut memang dekat dengan titik pertemuan dua aliran sungai. Akibat kondisi tersebut pada akhir tahun 2009, SD ini mendapatkan bantuan untuk bangunan SD. Kini bangunan SD tersebut sudah ditingkatkan menjadi tiga lantai dan semua kelas berada di lantai dua dan tiga.

Seolah mendapatkan durian runtuh, tak lama kemudian SD ini menjadi salah satu target program Pendidikan Pengurangan Risiko Banjir (Flood Risk Reduction Education/FRRE). Program ini merupakan kegiatan sosial dari perusahaan asuransi, Chartis Indonesia. FRRE ini akan memberi pemahaman pada siswa kelas 4 SD tentang kondisi banjir sebagai bencana dan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risikonya.

Presiden Direktur Chartis, Michael Blackway, menuturkan kegiatan ini merupakan komitmen Chartis untuk melakukan perubahan yang lebih baik terhadap lingkungan dan masyarakat.

“Program ini akan melibatkan 300 siswa kelas 4-5 SD yang ada di Jakarta,” tuturnya dalam kegiatan peluncuran FRRE di SDN 03 Bangka, Kemang (17/3).

Peserta tersebut merupakan murid dari lima SD yang ada di masing-masing lima wilayah Jakarta yang rawan banjir. Nantinya, setiap dua bulan sekali selama setahun siswa kelas 4 di lima SD tersebut akan didatangi oleh relawan untuk menyampaikan materi FRRE yang telah dikembangkan Charis bekerja sama dengan greeners.

Siswa akan mendapatkan pengetahuan banjir dari relawan materi yang juga bekerja di Chartis. Ada 86 karyawan Chartis yang akan menjadi relawan FRRE ini. Mereka dilatih intensif oleh psikolog, Kasandra Putranto, sebelum memfasilitasi edukasi pada anak-anak SD tersebut.

Kasandra, dalam diskusi peluncuran FRRE mengatakan, modul materi serta cara penyampaian materi oleh relawan fasilitator disesuaikan dengan karakter anak kelas 4 SD. Menurut Kasandra, usia anak kelas 4 SD adalah anak yang selalu ingin tahu, penuh imajinasi, dan penuh semangat, serta selalu ingin didasari atas contoh yang kongkrit. Bagi Kasandra modul materi FRRE sudah memenuhi kriteria tersebut.

Cara penyampaiannya sendiri akan dilakukan sembari bermain, sehingga anak-anak mudah mencerna dan mengingatnya. ”Untuk mengajar siswa kelas 4 SD, relawan harus siap secara fisik dan mental. Mereka perlu mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik dan memiliki empati yang kuat kepada anak-anak tersebut,” ujar Kasandra.

Berbalut busana hijau, Kasandra, berharap dapat memaksimalkan target utama dari kegiatan FRRE, yaitu mendorong anak kelas 4 menjadi agen perubahan, dimulai dari keluarganya. ”Karena anak-anak adalah inspirasi buat orang tua. Lewat celoteh anak semoga bisa membuat efek perubahan bagi orang tua secara perlahan-lahan,” tambahnya.

Siang itu anak-anak kelas 4 SDN 03 Bangka terlihat senang menerima materi dari kakak relawan dengan materi pertama FRRE, siklus air dan banjir.Kasandra dibantu oleh relawan membagi siswa kelas 4 SDN 03 Bangka menjadi lima kelompok dan bermain interaktif tentang siklus air.

Seperti yang diutarakan oleh Ambar pada greeners sebelum ia pulang dari sekolah, ”Seneng om, soalnya ngejelasinnya sambil main.” (dk)

 

Top