Pemilahan Sampah Permudah Keberlanjutan Sirkular Ekonomi

Reading time: 2 menit
Sirkular ekonomi akan bisa berjalan dan berkelanjutan jika ada dukungan pemilahan sampah dari sumbernya. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Pengelolaan sampah kekinian sudah memiliki pendekatan sirkular ekonomi. Jadi tak sekadar kumpul, angkut dan buang. Dukungan pemilahan sampah dari rumah atau dari sumbernya sangat penting untuk menunjang keberlanjutan sirkular ekonomi tersebut.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, pengelolaan sampah kini tak sekadar bersifat konvensional. Pengelolaan sampah yang hanya berkutat pada urusan pengangkutan sampah.

“Kini pengelolaan sampah sudah jauh meningkat, lebih kekinian. Tidak hanya dengan melibatkan pasukan oranye atau orang pembawa keranjang sampah lewat di depan rumah,” katanya dalam Dialog Milenial: Entrepreneurship, Pengelolaan Sampah, Green Jobs Opportunity, Selasa (7/6).

Menurutnya perubahan paradigma pengelolaan sampah seiring dengan keluarnya kebijakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Vivien menyebut, dalam kebijakan tersebut, pengelolaan sampah dapat bernilai ekonomi.

“Kebijakan ini mengubah paradigma dari sampah tadinya kumpul, angkut dan buang, kemudian menjadi sampah bernilai ekonomi, termasuk dengan pendirian bank sampah,” ungkapnya.

Seiring perjalanan, perubahan pendekatan dalam pengelolaan sampah pun juga berubah. Vivien menyebut pengelolaan sampah sudah berupa 3R (reuse, reduce dan recycle). Kemudian berubah menjadi ekonomi sirkular.

Sirkular Ekonomi, Pengelolaan Sampah Tak Dibuang Begitu Saja

Sirkular ekonomi, lanjutnya secara sederhana dapat diartikan sebagai pengelolaan sampah dengan memastikan agar sampah tak dibuang begitu saja. Akan tetapi dimanfaatkan menjadi sumber daya lagi. “Jadi sampah diolah menjadi bahan baku awalnya lagi dan terus berputar,” imbuhnya.

Menurut Vivien, Indonesia termasuk dalam negara dengan perkembangan sirkular ekonomi yang cepat. Terlebih dengan banyaknya bank sampah, para pelaku social enterprise dan penyedia platform digital untuk pengelolaan sampah. Akan tetapi, ia juga menekankan pentingnya pemilahan sampah dari rumah sehingga akan memudahkan pengelolaan sampah.

Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor sampah dari luar negeri. Sampah-sampah ini seperti kertas akan menjadi bahan baku. Vivien menyebut, Indonesia membutuhkan kurang lebih sebanyak enam juta ton sampah terpilah berupa kertas, dimana tiga juta tonnya bergantung impor.

Ketergantungan impor sampah ini tak lain karena masih banyak masyarakat yang belum memilah sampahnya dari rumah. Ekonomi sirkular yang bermodal sampah terpilah tak dapat berjalan.

Insipirasi Milenial Berbisnis di Sektor Sampah

Direktur Pengurangan Sampah KLHK Sinta Saptarina menyebut, acara ini berupaya menginspirasi generasi milenial berbisnis pengelolaan sampah yang menyelaraskan aspek profit, people dan planet.

“Semoga menjadi pemacu untuk menginspirasi generasi milenial dalam membudidayakan gaya hidup minim sampah. Melalui wirausaha sosial pengelolaan sampah untuk menciptakan lebih banyak lagi pekerjaan yang ramah lingkungan,” papar Sinta.

CEO Bank Sampah Bersinar Fey Febri menyatakan bank sampah bukan sekadar mencari keuntungan melalui pengelolaan sampah. Akan tetapi, memberikan edukasi dan inovasi sebagai movement untuk menggerakkan masyarakat dalam mengelola sampah.

“Bank sampah bukan sekadar kegiatan ibu-ibu komplek, tapi mengedukasi. Semakin banyaknya orang ikut terlibat aktif di dalamnya maka kita mengedukasi agar mereka memilah sampah hingga ekonomi sirkularnya berjalan,” ungkapnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top