Pengurangan Tangkapan Ikan Berpotensi Meningkatkan Ketahanan Pangan Global

Reading time: 2 menit
tangkapan ikan
Foto: wikimedia.commons

Nusa Dua (Greeners) – Penerapan kebijakan pengurangan jumlah tangkapan pada sektor perikanan ternyata berpotensi meningkatkan ketahanan pangan global dalam jangka panjang. Malahan, kebijakan pengurangan jumlah tangkapan tersebut mampu memberikan penghasilan tambahan bagi negara hingga 83 miliar dolar setiap tahun.

Wakil presiden bidang pembangunan berkelanjutan Bank Dunia Laura Tuck mengatakan, berdasarkan laporan hasil studi dari The Sunken Billions Revisited di tahun 2009, pengurangan usaha penangkapan global akan menyelamatkan jumlah ikan dari eksploitasi yang berlebihan.

Menurut Laura, jika kebijakan tersebut diterapkan, maka akan meningkatkan harga dan nilai jual ikan, dan profitabilitas di sektor perikanan dari sekitar 3 miliar dolar menjadi 86 miliar dolar pertahun. Metode penangkapan ikan secara bijak ini juga akan menyebabkan ikan lebih cepat tertangkap sehingga membantu memenuhi permintaan global untuk makanan laut yang terus bertambah dan meningkatkan ketahanan pangan di banyak negara di seluruh dunia.

BACA JUGA: Greenpeace: Indonesia Belum Berani Memaparkan Keadaan Maritim Sebenarnya

Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal, dijelaskan Laura, dapat menghasilkan manfaat yang signifikan bagi ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, dan pertumbuhan jangka panjang. Pengalaman reformasi di negara-negara seperti Peru, Maroko, Kepulauan Pasifik dan Afrika Barat menunjukkan adanya kemungkinan untuk mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan melalui reformasi lokal, yang pada akhirnya meningkatkan mata pencaharian dan keamanan kerja masyarakat pesisir.

“Perubahan kebijakan perikanan tingkat global akan memungkinkan penurunan jangka panjang stok ikan di seluruh dunia. Karena ternyata, sekitar 90 persen bisnis perikanan laut yang dipantau oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah overfishing, dengan presentase kenaikan hingga 75 persen pada tahun 2005,” jelasnya saat menjadi pembicara pada sesi “COP this—the ocean and climate-change policy #1” dalam acara World Ocean Summit 2017 di Nusa Dua Bali, Jumat (24/02).

BACA JUGA: IUU Fishing Terbukti Menjadi Pintu Masuk Kejahatan Perikanan

Komisioner bidang lingkungan, kelautan dan perikanan, Komisi Eropa, Karmenu Vella, menambahkan, kebijakan pengelolaan perikanan berkelanjutan dengan pengurangan jumlah penangkapan ikan global akan memberi dampak besar pada aktivitas ekonomi kelautan. Menurut Karmenu, saat ini potensi perikanan dan kelautan masih sangat besar karena 70 persen dari aktivitas ekonomi global masih disumbang dari aktivitas darat.

“Jelas masih sangat besar peluang ekonomi kelautan jika dikelola dengan baik dan berkelanjutan,” katanya saat ditemui Greeners pada kesempatan yang sama.

Pada hari pertama World Ocean Summit, Kamis (23/02), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sempat mengatakan bahwa di Indonesia sendiri baru ada 30 hingga 40 persen persen investasi di sektor kelautan. Besaran persentase tersebut karena masih ada pelaku usaha yang membeli kapal secara sembunyi-sembunyi dan tidak melapor. “Ada lagi ikan yang ditangkap itu untuk dilarikan ke luar negri,” katanya.

Penulis: Danny Kosasih

Top