Proyek Citarum Harum Mulai Menunjukkan Hasil

Reading time: 2 menit
sungai citarum
Sungai Citarum. Foto: Kodam Siliwangi

Bandung (Greeners) – Proyek Citarum Harum merupakan upaya masif untuk mengembalikan Sungai Citarum seperti sedia kala. Proyek ini sudah berjalan selama satu tahun dan mulai menampakkan hasil, permukaan sungai Citarum tidak lagi kusam dan kotor. Proyek yang ditangani oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam hal ini Militer III/Siliwangi diklaim sangat cepat melakukan proses restorasi, revitalisasi dan rehabilitasi Sungai Citarum.

Sungai Citarum yang mendapat gelar “The Dirtiest River The World” dari publik internasional membuat Presiden Joko Widodo melahirkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Peraturan ini sekaligus menandai komitmen pemerintah untuk merestorasi, merevitalisasi dan merehabilitasi Sungai Citarum.

Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) III/Siliwangi Brigjen TNI Nurcahyanto mengatakan Sungai Citarum memiliki pencemaran yang sangat berat yang diakibatkan oleh lima sumber yakni limbah domestik, limbah rumah sakit, limbah industri, sedimentasi, dan Keramba Jaring Apung (KJA).

“Berdasarkan Perpres, prajurit Kodam Siliwangi mempunyai tanggungjawab terhadap lima persoalan sumber di DAS Citarum. Untuk mengatasinya kami melakukan rehabilitasi lahan kritis dengan melakukan penanaman sesuai target yaitu 125 juta bibit pohon di lahan seluas 80 ribu hektare. Sudah terealisasi 1,4 juta bibit pohon yang ditanam di 667 hektare. Kemudian untuk mengatasi pencemaran kami membuat tempat pembuangan komunal, sumur resapan dan mengelola sampah rumah tangga,” ujar Nurcahyanto saat ditemui pada acara Seminar Nasional Model Sinergitas Pentahelix Merawat Alam dan Mitigasi Bencana di Hotel Asrilla, Bandung, Jumat (22/02/2019).

BACA JUGA: KLHK Bangun IPAL dan Kawasan Ekoriparian Teluk Jambe untuk Pemulihan Sungai Citarum 

Nurcahyanto mengatakan bahwa dari semua upaya dan usaha, peran dari masyarakat adalah yang terpenting. Mengubah perilaku dan pola pikir untuk bersama-sama menjaga sungai Citarum lebih bersih dengan melakukan kegiatan positif, seperti melakukan penanaman pohon, tidak membabat hutan sebagai alih fungsi lahan, dan mengelola sampah dengan baik.

Kolam Sampah Raksasa

Sungai Citarum melintasi 12 kabupaten dan kota dan mengaliri 420.000 hektar lahan sawah di Jawa Barat yang tiap tahun menghasilkan 90 ton beras merupakan kontribusi stok beras nasional. Sungai ini juga menjadi sumber air bagi 28 juta penduduk Jawa Barat dan 80 persen warga DKI Jakarta, serta sumber energi listrik berkapasitas 2.000 MW menjadikan Sungai Citarum sebagai sumber daya alam yang sangat besar.

Sayangnya, menurut data terakhir yang dirilis DLH Provinsi Jawa Barat pada 14 Januari 2018, menyebut terdapat 340.000 ton limbah cair industri setiap hari dibuang ke Sungai Citarum. Tim survei Kodam Siliwangi juga menemukan fakta bahwa sekitar 35,5 ton tinja manusia dan 56 ton kotoran hewan ternak dibuang di sepanjang sungai Citarum setiap harinya. Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai Citarum limbah medis yang dibuang di DAS Citarum mencapai 20.462 ton per hari, diantaranya kantong darah HIV AIDS, potongan tubuh manusia, serta alat medis bekas pakai.

BACA JUGA: Pembersihan Sungai Citarum Kini Fokus pada Warna Air

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo yang merupakan mantan Pangdam (Panglima Kodam) III/Siliwangi, mengatakan bahwa penelitian Kodam Siliwangi pada tahun 2017 menemukan begitu banyak bakteri E Coli, Salmonella, dan Pseudomonas aeruginosa yang sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Hasil penelitian tersebut juga menemukan kandungan logam berat diantaranya merkuri, mangan, kadmium, dan timbal.

“Jika dilihat kondisi awal Citarum, pada tahun 2017 akhir, dan dibandingkan dengan saat ini sungai Citarum mengalami banyak perubahan walaupun ini belum sepenuhnya, terutama pada hulu utama sungai Citarum yakni kawasan Gunung Wayang yang merupakan daerah konservasi tetapi sudah beralih fungsi menjadi kawasan kebun kentang, wortel, dan bawang,” ujar Doni

Meski sudah tidak ada sampah yang terlihat atau terapung di DAS Citarum, kualitas air pada Sungai Citarum masih menjadi pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Doni menyatakan bahwa upaya untuk restorasi, revitalisasi, dan rehabilitasi DAS Citarum ini harus tetap dikumandangkan dan digelorakan.

Penulis: Dewi Purningsih

Top