Sampah Sachet Cemari Lingkungan dan Sulit Didaur Ulang

Reading time: 3 menit
Sampah sachet memenuhi bibir sungai dan menjadi sumber pencemar karena sulit terdaur ulang. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Pengelolaan sampah plastik jenis kemasan sachet (multilayer) yang produsen hasilkan masih mengalami berbagai tantangan. Selain sulit didaur ulang, penyebarannya yang masif menyulitkan menjangkaunya dan terus mencemari lingkungan.

Pakar lingkungan Enri Damanhuri menegaskan, produsen harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 75 Tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Produsen dalam hal ini dibagi menjadi tiga jenis yakni industri manufaktur, makanan dan minuman, serta ritel.

Pada kenyataannya di lapangan, tambahnya produsen yang telah mengelola sampahnya masih menyasar industri manufaktur, khususnya pada produsen besar. “Kalau untuk kelompok penghasil kemasan makanan minuman dan ritel masih sangat sulit dijangkau dan belum semua (produsen) sanggup,” kata Enri kepada Greeners, di Jakarta, Jumat (4/3).

Permasalahannya, sambungnya kemasan sachet merupakan sampah multilayer yang mempunyai lapisan aluminium dan plastik sehingga susah untuk didaur ulang. Sampah multilayer menyebabkan bahaya serius. Sampah jenis ini lebih membahayakan lingkungan karena tingkat daur ulang serta nilai limbah pascakonsumsi yang lebih rendah dibanding kemasan lain.

Pengelolaan sampah jenis ini yang paling memungkinkan adalah dengan memastikan peningkatan pemilahan dalam rumah tangga. “Yang paling bermasalah bila dibakar begitu saja. Kita tingkatkan saja pemilahan dan pengumpulan walau hanya dibawa ke TPA, daripada mencemari sungai, laut hingga udara,” imbuhnya.

Solusi Alternatif Sampah Sachet dengan PLTSa

Solusi lainnya adalah dengan memastikan pengolahan sampah melalui proses termal atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Namun, karena keterbatasan PLTSa maka Enri memprioritaskan pemilahan perlu terimplementasi.

Enri mendorong, agar semua produsen dari berbagai jenis usaha memastikan bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Misalnya, melalui redesain kemasan yang lebih bisa terdaur ulang seperti halnya perusahaan- perusahaan manufaktur lainnya.

Sementara itu Ketua Bank Sampah Unit Bersenyum Paidi menyatakan, sampah sachet bukan termasuk dalam sampah-sampah yang dapat bank sampah terima. Beberapa sampah yang dapat bank sampah terima, di antaranya styrofoam hingga botol kemasan kemasan air minum.

Meski demikian, bukan berarti tak ada jalan untuk meminimalkan penyebaran plastik kemasan dan mengubahnya menjadi lebih bernilai ekonomi. Misalnya, sambung dia dengan mendaur ulang sampah sachet menjadi benda yang memiliki nilai ekonomis, seperti tas, tikar, dompet hingga pembuatan ecobrick. “Cara ini bahkan bisa memastikan kemasan sachet bisa mencapai zero di lingkungan,” ujarnya.

Ia mendorong, agar pemerintah daerah lebih mengapresiasi hasil-hasil karya atau kerajinan daur ulang yang masyarakat hasilkan. Selama ini lanjutnya, pemerintah daerah belum memberi ruang ekosistem untuk pengembangan sirkular ekonomi dalam hal kemasan sachet.

“Bahkan masih banyak pemerintah daerah yang memandangnya sebelah mata, bukan didukung,” imbuhnya.

Produsen harus mengubah desain sachet atau kemasan menjadi lebih ramah lingkungan. Foto: Ecoton

Pemerintah Wajibkan Produsen Batasi Timbulan Sampah

Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sinta Saptarina menyatakan, melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019, pemerintah menekan agar para pelaku usaha atau produsen bertanggung jawab terhadap sampahnya.

“Kita wajibkan produsen untuk membatasi timbulan sampah, mendaur ulang serta menarik kembali dan memanfaatkan kembali sampah yang dihasilkan,” kata Sinta.

Sebelumnya, kegiatan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) Ecoton bersama polisi air telah melakukan kegiatan brand audit dan berhasil mengumpulkan 200 lembar sampah plastik yang kebanyakan didominasi sachet kemasan.

Kegiatan yang berlangsung Minggu- Senin (27-28/2) ini mengumpulkan dan memungut sampah yang hanyut dan tersangkut di aliran Sungai Gogor, anak Sungai Brantas di Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Hampir 200 lembar sampah sachet berhasil mereka kumpulkan.

“Paling banyak ditemukan sampah jenis sachet dan nyangkut di bebatuan,”ujar Chelsea Florencia Cantika, anggota polisi air yang juga siswi Kelas VIII SMPN 1 Wonosalam.

Peneliti senior Ecoton Amirudin Muttaqin menyatakan, banyaknya sampah sachet di sungai harus jadi perhatian serius dan dikendalikan. “Karena lambat laun akan terpecah menjadi mikroplastik. Selain itu akan mengganggu pemandangan karena saat ini Wonosalam telah menjadi salah satu destinasi wisata Jawa Timur,” tegasnya.

Ia meminta Pemerintah Kabupaten Jombang segera mendorong agar produsen bertanggung jawab dengan sampah yang mereka hasilkan. Para produsen harusnya mendesain ulang packaging yang memudahkan proses daur ulang. “Selama ini sampah sachet sulit didaur ulang dan akhirnya dibakar dan menyebabkan polusi dioksin,” pungkasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top