PCR Wujudkan Material Kemasan dari Daur Ulang

Reading time: 2 menit
Kemasan daur ulang bisa mengurangi sampah. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Pikulan tanggung jawab mewujudkan Indonesia bersih sampah tidak hanya berada di tangan konsumen, tetapi juga pada produsen. Inovasi menjadi kunci mengubah kemasan produk agar tidak lagi mencemari lingkungan.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 75 Tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen memberi waktu bagi produsen hingga tahun 2029 untuk menjalankan amanat tersebut.

Permen LHK No 75 Tahun 2019 menjadi pijakan produsen untuk meredesain kemasan produknya lebih ramah lingkungan. Peraturan tersebut juga mewajibkan produsen untuk membatasi timbulan sampah, daur ulang sampah, dan penggunaan kembali sampah.

Dari laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hingga saat ini ada 16 produsen yang telah uji coba dan menunjukkan komitmennya terhadap peraturan tersebut. Namun baru 11 produsen yang sudah memasukkan dokumen perencanaan melalui aplikasi secara lengkap. Salah satunya PT Unilever Indonesia.

Head of Sustainable Environment PT Unilever Indonesia, Maya Tamimi mengatakan, komitmen Unilever saat ini sangat sejalan dengan Permen LHK No 75 Tahun 2019. Unilever telah memiliki komitmen terhadap plastik secara global.

“Kami punya komitmen global yaitu pengurangan plastik. Kemudian kami tingkatkan untuk mendaur ulang plastik tersebut dan kami terus berupaya menggunakan plastik daur ulang di kemasan kami lalu dikumpulkan kembali,” ungkap Maya kepada Greeners baru-baru ini.

Saat ini, Unilever sedang mencoba berinovasi dan menciptakan produk yang lebih mudah untuk didaur ulang. Maya menambahkan, ketika me-redesign kemasan, ternyata penggunaan plastik berkurang sangat signifikan dan pengurangannya cukup signifikan.

Unilever Lakukan PCR

Tahun 2025, Unilever juga menargetkan post-consumer recyling (PCR) dalam kemasannya. PCR artinya bahan material kemasan yang terbuat dari hasil daur ulang.

Alurnya produk konsumen gunakan, sampah bekas pakai dikumpulkan. Lalu setelah dibersihkan proses daur ulang dimulai. Hasilnya adalah PCR yang akan dites kualitasnya. Setelah melalui fase itu, bahan botol berkemasan PCR siap dipasarkan lagi sebagai produk baru.

Tak hanya itu, sejak tahun 2008 Unilever mendirikan bank sampah binaan mereka. Jumlahnya saat ini mencapai 4.000 bank sampah. Kemudian di tahun 2022, Unilever berhasil mengolah dan mengumpulkan 62.360 ton sampah plastik.

Head of Sustainable Environment PT Unilever Indonesia, Maya Tamimi. Foto: Greeners/Stanly Pondaag

Target Jangka Panjang

Maya menambahkan, saat ini Unilever telah mengirim peta jalan kepada KLHK. Unilever akan terus memperbarui proses pencapaiannya kepada pemerintah. Adapula target pada tahun 2025. Target tersebut di antaranya mengumpulkan lebih banyak produk bekas daripada yang Unilever jual.

Kemudian, dalam waktu jangka pendek, Unilever ingin menggandeng asosiasi perusahaan dan industri lainnya untuk mengkampanyekan Permen LHK No 75 Tahun 2019. Baginya agar kompetitif, perusahaan lainnya pun harus punya komitmen memenuhi amanat permen tersebut.

Direktur Pengurangan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun  KLHK, Vinda Damayanti mengatakan, 408 produsen akan menyelesaikan roadmap pengurangan sampah mereka tahun 2023.

Senada dengannya, Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik mendorong, produsen lain segera menyusun rencana mengurangi sampah.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top