Upaya Menjaga Orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay

Reading time: 2 menit
Orangutan Kalimantan
Orangutan Kalimantan jenis Pongo pygmaeus morio. Foto: Yayasan Konservasi Alam Nusantara/Lebin Yen

Jakarta (Greeners) – Orangutan adalah satu-satunya kera besar endemis yang kini hanya tersisa di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa orangutan Kalimantan lebih banyak ditemui di luar kawasan konservasi. Salah satunya di kawasan Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur yang mayoritas merupakan konsesi kehutanan. Upaya konservasi di luar habitat alami menjadi salah satu pilihan untuk menyelamatkan satwa ini dari kepunahan. Adanya upaya kolaboratif yang melibatkan seluruh pihak menjadi kunci untuk melindunginya.

Praktisi Konservasi Habitat Satwa Terancam Punah, Yayasan Konservasi Alam Nusantara M. Arif Rifqi mengatakan meskipun banyak konflik antara orangutan dengan manusia, mereka mampu hidup berdampingan. Ia mencontohkan salah satunya di wilayah konsesi yang termasuk dalam Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Wehea-Kelay. Menurutnya hal tersebut dilihat dari penerapan praktik-praktik pengelolaan terbaik yang menebang pohon dengan rendah emisi, melakukan mitigasi konflik orangutan dan manusia, mengamankan habitat, hingga berkolaborasi dengan lingkungan sekitarnya.

“Prinsipnya selama masih ada hutan, orangutan memiliki kemungkinan untuk dapat hidup di multifungsi lahan,” ujar Arif, ketika dihubungi Greeners, Kamis (20/08/2020).

Baca juga: Perbedaan Definisi Deforestasi Kaburkan Realitas Hilangnya Hutan

Kawasan Bentang Alam Wehea-Kelay memiliki luas 532.143 hektare yang terbagi untuk area konsesi kehutanan dan perkebunan kelapa sawit sebesar 353.325 hektare. Sedangkan area Hutan Lindung Wehea sekutar 29.714 hektare dan area Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berau Barat serta Kelinjau 136.143 hektare. Sementara area penggunaan lain seluas 12.961 dan luas habitat orangutan mencapai 407.344 hektare.

Arif mengatakan upaya konservasi di kawasan Bentang Alam Wehea-Kelay juga tak terlepas dari konflik orangutan dan manusia di awal 2014 hingga 2016. Kawasan tersebut merupakan kawasan hutan yang terdiri dari unit konsesi kehutanan, perkebunan, dan wilayah kelola masyarakat. Walaupun jarang terjadi lagi, kata dia, potensi konflik masih ada.

“Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay mengantisipasi dengan menguatkan mekanisme mitigasi di lapangan karena sejak dikelola oleh forum KEE ini sudah tidak ada (konflik) dan kami berharap tidak akan ada lagi konflik atau pembunuhan orangutan,” ucapnya.

Menjaga Habitat Orangutan

Ir. Sunandar Trigunajasa Nurochmadi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur menjelaskan bahwa upaya terbaik untuk melindungi populasi orangutan adalah dengan menjaga habitatnya. Menurutnya tempat tinggal yang mendukung perkembangbiakan orangutan adalah yang memiliki kanopi hutan bagus, tajuk pohon lebat, dan yang paling penting adalah memiliki produktivitas pohon buah tinggi. Namun, sebagian besar hutan di Kalimantan dan Sumatera sudah terfragmentasi oleh kegiatan manusia.

Ia menilai kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak untuk konservasi itu bisa dilakukan. Misalnya melalui pengelolaan habitat orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay yang kini melibatkan 23 mitra dari sektor pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat.

Baca juga: Penggunaan Jerat pada Satwa Terjadi di Aceh

Kajian lembaga Population and Habitat Viability Assessment Orang Utan (PHVA) 2016 mencatat bahwa kondisi habitat orangutan Kalimantan Timur yang masih baik bisa ditemukan salah satunya di bentang alam Wehea-Kelay serta Sungai Lesan. Tingkat keanekaragaman hayati di kawasan bentang alam tersebut juga dinilai tinggi. Yayasan Konservasi Alam Nusantara pada 2016 hingga 2018 yang dimuat dalam buku Orangutan Kalimantan dan Habitatnya  di Bentang Alam Wehea-Kelay mengidentifikasi terdapat lebih dari 500 jenis satwa liar dan lebih dari 400 jenis pohon di sana. Sekitar 30 persen di antaranya merupakan pakan orangutan Kalimantan subjenis Pongo pygmaeus morio.

Sebagai informasi, setiap tanggal 19 Agustus diperingati Hari Orangutan Sedunia yang menjadi pengingat bahwa kehidupan primata sangat penting. Diperlukan upaya dari seluruh lapisan untuk mempertahankan satwa ini. Banyak informasi dan pembelajaran yang dapat diperoleh dari kehidupan kera besar asli Indonesia ini.

Penulis: Dewi Purningsih

Top