Tengkawang, Pohon dengan Buah Bersayap yang Kaya Guna

Reading time: 3 menit
tengkawang
Tengkawang, Pohon dengan Buah Bersayap yang Kaya Guna. Foto: Shutterstock.

Tak selamanya buah jatuh dekat dari pohonnya. Di Kalimantan Barat terdapat jenis pohon Shore dari suku Dipterocarpaceae, yang buahnya dapat jatuh atau “terbang” menjauhi pohon induknya. Buah unik tersebut masyarakat kenal dengan nama Tengkawang.

Di tanah air, eksistensi tengkawang tenar sejak dahulu kala. Buah bersayap ini banyak tumbuh di Pulau Kalimantan dan beberapa di antaranya berada di area Sumatra.

Tidak hanya di Indonesia, secara umum peta persebaran Shorea spp. hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Serawak, Sabah hingga Filipina.

Berdasarkan penelitian ahli, flora yang satu ini memiliki segudang khasiat. Nyaris seluruh bagian dari badan pohon bermanfaat untuk berbagai keperluan.

Klasifikasi Umum dan Ciri-Ciri Tengkawang

Untuk mengetahui klasifikasi tengkawang, kita harus mengidentifikasi buah tersebut mulai dari pohonnya. Shorea spp. sendiri merupakan satu dari lima anak suku Shoreae yang ada di dunia.

Ciri-ciri umum dari marga yang satu ini dapat kita lihat dari warna kulitnya yang kelabu hingga kehitaman, bertekstur licin, beralur, bersisik serta tampak mengelupas.

Bagian damarnya berwarna putih bening, kuning, cokelat serta hitam mengkilap. Mereka mempunyai daun penumpu berukuran kecil hingga besar, cenderung lekas luruh dan persisten.

Pada sebagian spesies, daun tersebut terlihat memiliki domatia sedang sebagian lainnya tidak. Keunikan paling kentara spesies shoreae terletak pada bentuk buah atau biji.

Biji tengkawang umumnya memiliki sayap, bila jatuh ia akan berputar dan tampak seperti helikopter kecil. Dimensi biji beragam tergantung jenisnya, mulai dari lebar 25-47 mm dan panjang 35-75 mm.

Pada bagian biji tersebut, tersedia tiga jenis sayap panjang dan dua jenis sayap pendek. Sayap-sayap inilah yang membuat lokasi jatuhnya biji tersebut kerap tak terduga.

tengkawang

Pada bagian biji, tumbuh tiga jenis sayap panjang dan dua jenis sayap pendek. Foto: Shutterstock.

Jenis Pohon Shore Penghasil Tengkawang

Dalam Buku Panduan Identifikasi Jenis Pohon Tengkawang (2013), para ahli botani mengelompokkan genus shorea ke dalam 11 kelompok, yang terbagi menjadi beberapa jenis berbeda.

Kelompok tersebut di antaranya Doona, Pentacme, Anthoshorea, Neohopea, Shorea, Brachypterae, Mutica, Ovalis, Pachycarpae, Rubella, dan Richetioides.

Di Indonesia sendiri, ada 15 jenis shorea penghasil tengkawang yang berhasil ahli identifikasi; 4 jenis berada di Pulau Sumatra, sedang 12 jenis lainnya merupakan flora endemik asli Kalimantan.

Jenis-jenis tengkawang tersebut termasuk dalam beberapa kelompok di atas, yakni Brachypterae, Mutica, Pachycarpae dan Shorea, dengan peta persebaran sebagai berikut:

1. Kelompok Brachypterae

  • palembanica (Ulu Kapuas, Sarawak, Sabah, dan Brunei)
  • scaberrima (Sarawak, Sabah, dan Purukcahu)

2. Kelompok Mutica

  • macrantha (Malaya, Sarawak, dan Sumatera bagian timur)
  • singkawang (Thailand, Malaya, Sumatera bagian timur, dan Lampung)
  • hemsleyana (Malaya, Sarawak, Sumatera bagian timur, dan Kapuas bagian hilir)

3. Kelompok Pachycarpae

  • amplexicaulis (Borneo kecuali di bagian barat daya)
  • macrophylla (Borneo)
  • mecistopteryx (Borneo)
  • pilosa (Kalimantan Barat sampai Sabah)
  • pinanga (Borneo)
  • praestans (Sarawak bagian tengah)
  • rotundifolia (Sarawak bagian tengah)
  • splendida (Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh)
  • stenoptera (Kalimantan Barat, Sarawak, Muara Teweh)
  • beccariana (Borneo utara: Kapuas, Sarawak, Sabah, dan Kalimantan Timur bagian utara)

4. Kelompok Shorea

  • seminis (Borneo, Filipina)
  • sumatrana (Thailand bagian selatan, semenanjung Malaya, dan Sumatera)

Manfaat Tengkawang dan Status Konservasinya

Tengkawang sempat menjadi komoditi andalan bagi Provinsi Kalimantan Barat. Di awal 1990-an, ekspor tanaman tersebut mencapai 3519,2 ton dengan nilai berkisar US$7.707.800.

Selain itu, flora yang satu ini mempunyai peran ekologis yang sangat penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, serta salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bagi masyarakat.

Bijinya mengandung lemak sebesar 70%, mirip dengan lemak cokelat namun dengan titik leleh lebih tinggi. Di Eropa, biji ini berguna sebagai bahan baku pembuatan cokelat dan juga kosmetik.

Secara tradisional lemak biji tengkawang berfungsi sebagai minyak sayur dan obat-obatan. Berkat nilai ekonomis tinggi, warga lokal juga menjualnya dalam bentuk mentah atau olahan.

Ketika sudah tua, pohon dari buah tersebut lantas ditebang. Kayu dari pohon ini bisa bermanfaat sebagai kayu olahan pembuat perabotan, konstruksi sampai dengan material bangunan rumah.

Perlu kita ketahui, kayu pohon tengkawang sendiri masuk dalam kelompok kayu meranti merah. Itu sebabnya, banyak orang awam yang menyebut tumbuhan ini sebagai pohon meranti.

Karakteristik kayu tersebut berbeda dengan jenis kayu lainnya, mereka terhitung tidak terlalu kuat terhadap pengaruh cuaca namun mudah diawetkan menggunakan campuran minyak diesel dan kreosot.

Sebagai informasi, akibat praktik kegiatan kehutanan yang tidak berkelanjutan dan tingginya tingkat deforestasi habitat tengkawang, membuat sulit untuk menemukan spesies flora endemik ini.

Melansir daftar merah IUCN, status konservasi tengkawang tergolong rentan dan terancam punah. Pemerintah sendiri telah menetapkannya sebagai jenis yang dilindungi dan melarang penebangan pohonnya.

Taksonomi Tengkawang

taksonomi tengkawang

Referensi

Panduan Identifikasi Jenis Pohon Tengkawang, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Valentinus Heri, dkk., CIFOR

 
 

Penulis: Yuhan Al Khairi

Top