Artificial Intelligence Perkuat Sistem Peringatan Dini Tsunami

Reading time: 2 menit
Ilustari gelombang tsunami. Foto: Freepik

Peneliti di University’s School of Mathematics, menggabungkan teknologi akustik canggih dengan artificial intelligence (AI) untuk memantau aktivitas tektonik secara real time untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami.

Ilmuwan di Universitas Cardiff juga telah mengembangkan sistem peringatan dini yang dapat cepat mengklasifikasikan gempa bumi bawah laut dan menentukan risiko peristiwa tsunami. Karya mereka, terbit di Physics of Fluids.

Menggunakan rekaman suara yang ditangkap oleh mikrofon bawah air, alat yang mereka sebut hidrofon ini mengukur radiasi akustik yang dihasilkan oleh 200 gempa bumi yang terjadi di Samudera Pasifik dan Hindia.

Dosen Senior Matematika Terapan, Universitas Cardiff, Dr. Usama Kadri, mengatakan, tsunami dapat menjadi peristiwa yang sangat merusak yang menyebabkan korban jiwa yang sangat besar hingga wilayah pesisir hancur.

“Hal ini mengakibatkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan secara keseluruhan infrastruktur musnah,” kata Kadri.

Mudahkan Akses Informasi

Studi ini menunjukkan cara mendapatkan informasi yang cepat dan andal. Dengan memantau gelombang gravitasi akustik, informasi tentang ukuran dan skala tsunami menyebar melalui air jauh lebih cepat daripada gelombang tsunami. Hingga kemungkinan memberikan lebih banyak waktu untuk evakuasi dari tempat kejadian sebelum tsunami mendarat.

Gelombang akustik gravitasi adalah gelombang suara alami yang bergerak melalui laut dalam, dengan kecepatan suara. Selain itu juga dapat menempuh jarak ribuan kilometer di dalam air.

Kadri menambahkan, radiasi akustik ini juga membawa informasi tentang sumber asal peristiwa tektonik dan medan tekanannya dapat terekam di lokasi yang jauh. Bahkan ribuan kilometer jauhnya dari sumbernya.

Sistem peringatan saat ini bergantung pada gelombang yang mencapai pelampung laut sebelum peringatan tsunami ada. Hal ini menyisakan sedikit waktu untuk evakuasi.

Pelampung laut digunakan bersama dengan sensor seismik untuk mengukur gempa bawah laut. Namun, teknologi tersebut tidak selalu akurat dalam memprediksi bahaya akibat tsunami.

Kurangi Alarm Palsu Deteksi Tsunami

Tim memperkuat sistem peringatan dini yang sudah ada dengan model komputasi. Hidrofon ini nantinya merekam triangulasi sumber peristiwa tektonik. 

Algoritma kemudian mengklasifikasikan jenis slip dan magnitudo gempa (seperti panjang dan lebar) sebelum gempa. Bersamaan dengan tingkat kecepatan pengangkatan dan durasi, sehingga besarnya tsunami dapat pakar hitung.

Dr. Bernabe Gomez Perez, yang melakukan penelitian saat berada di Cardiff, mengatakan, peristiwa tektonik dengan elemen slip vertikal yang kuat lebih cenderung menaikkan atau menurunkan kolom air dibandingkan untuk elemen slip horizontal.

Oleh karena itu, mengetahui jenis slip pada tahap awal penilaian dapat mengurangi kesalahan peringatan dini. Tak hanya itu, hal ini dapat melengkapi dan meningkatkan keandalan sistem peringatan melalui validasi silang independen.

Pekerjaan tim memprediksi risiko tsunami adalah bagian dari proyek jangka panjang untuk meningkatkan sistem peringatan dini bencana alam di seluruh dunia. Fitur perangkat lunak ramah pengguna yang baru mereka kembangkan ini akan dioperasionalkan di pusat peringatan nasional akhir tahun ini.

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Sumber: Phys

Top