Sampah Untuk Bahan Bakar Pesawat

Reading time: 2 menit

Dalam beberapa tahun mendatang, penerbangan dari London ke New York mungkin akan menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. Sebuah pabrik telah berdiri untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar terbarukan.

Perusahaan penerbangan British Airways akan membeli bahan bakar dari sampah ini seharga lebih dari 500 juta dollar untuk bahan bakar pesawat-pesawatnya agar jejak karbon dari aktivitas penerbangannya rendah.

“London memiliki program daur ulang yang sangat bagus, sehingga semua sampah diolah di pusat daur ulang terlebih dahulu,” kata Robert Do, CEO Solena Fuels, perusahaan yang memproduksi bahan bakar dari sampah tersebut.

“Semua yang bisa didaur ulang –botol, kaca, kaleng—akan didaur ulang. Material yang tersisa, yang biasanya berakhir di tempat pembuangan, akan dibawa ke pabrik kami,” ujarnya.

Dengan menggunakan dua teknologi, sampah diubah menjadi gas, dan kemudian gas dikonversi menjadi bahan bakar pesawat. Hasil akhirnya akan seperti bahan bakar sintetis yang terbuat dari batu bara dan gas alami. Tidak seperti biofuel jenis etanol, bahan bakar dari sampah ini aman digunakan pada ketinggi 50.000 kaki di atas permukaan laut.

London memproduksi sampah sekitar 18 juta ton per tahun sehingga pabrik ini tidak akan kekurangan suplai bahan baku. Untuk tahap awal, setidaknya, sampah yang akan diolah hanya sekitar 500.000 ton, yang akan menyediakan jumlah yang sangat sedikit untuk kebutuhan bahan bakar British Airways –hanya sekitar 2 persen.

Seiring waktu, British Airways berencana meningkatkan penggunaan bahan bakar ini. Solena berharap maskapai penerbangan lainnya akan mengikuti jejak British Airways.

Meskipun ada banyak peluang ekspansi, bahan bakar dari sampah tidak akan sepenuhnya memenuhi kebutuhan bahan bakar maskapai penerbangan.

“Jika kita mengolah semua sampah di dunia ini, bahan bakar yang dihasilkan hanya cukup untuk memenuhi sekitar 20-25 persen dari kebutuhan bahan bakar untuk penerbangan,” kata Do. “Namun, tetap itu jumlah yang banyak.”

British Airways memperkirakan penggunaan bahan bakar dari sampah ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 95 persen dibandingkan dengan bahan bakar biasa. Dan bahkan itu belum termasuk dari pengurangan emisi karbon dari metan, gas yang berpotensi lepas ke atmosfer ketika sampah hanya menumpuk di tempat pembuangan.

Jelas lebih baik memanfaatkan sampah daripada sampah menumpuk di tempat pembuangan. Namun pertanyaan berikutnya muncul mengenai potensi sampah dalam jangka panjang. Seperti San Fransisko yang ingin zero waste, semua sampah akan didaur ulang, dikompos atau digunakan ulang. Seiring dengan semakin cerdasnya kota-kota untuk mengurangi sampah, akankah suplai bahan baku untuk bahan bakar ini habis?

(G33)

Top