Jakarta (Greeners) – Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) membawa instalasi keran plastik di car free day (CFD) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Minggu (19/1). Instalasi unik berbentuk keran mengalirkan botol plastik ini menjadi cara Ecoton untuk mengingatkan masyarakat, tentang bahaya sampah plastik sekali pakai bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Manajer Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, menjelaskan bahwa keran emas yang mengalirkan botol plastik melambangkan limpahan sampah plastik yang terus diproduksi dan mencemari lingkungan. Produksi plastik yang terus meningkat setiap tahunnya terjadi karena sumbernya belum dihentikan. Akibatnya, mikroplastik kini mencemari air, makanan, bahkan tubuh manusia.
“Melalui keran plastik, Ecoton juga mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Warga yang hadir kami ajak untuk berkomitmen mengurangi konsumsi plastik dengan membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, dan memilih kemasan yang ramah lingkungan yang bisa mereka gunakan berulang kali,” kata Alaika lewat keterangan tertulisnya.
BACA JUGA: Ecoton Bongkar Fakta Bahaya Mikroplastik dalam Tubuh Manusia
Ecoton juga mengkampanyekan program “Refill Keliling” sebagai solusi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Kemudian, mereka mengadakan talkshow interaktif membedah bahaya mikroplastik, kuis lingkungan, dan tantangan membawa botol minum sendiri.
Alaika mengungkapkan bahwa masyarakat Kabupaten Gresik yang datang ke CFD sangat antusias mengikuti berbagai aktivitas tersebut.
Salah satu anggota tim Gresik Kawasan Merdeka Sampah (GKMS), Tatik Erawati mengatakan bahwa kegiatan ini mengingatkan bahwa krisis plastik adalah masalah bersama. Oleh sebab itu, perlu kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha.
“Dengan edukasi berkelanjutan, kami berharap Gresik dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengelolaan sampah plastik dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Langkah kecil bisa kita mulai dari CFD ini. Namun, kita butuh sinergi lebih besar agar bisa benar-benar menghentikan aliran plastik di Gresik, sebelum terlambat,” kata Tatik.
Kolaborasi Kurangi Sampah
Kabupaten Gresik menghasilkan sampah rata-rata 400 ton per hari. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Gresik telah membuat program GKMS. Program ini melibatkan kolaborasi antar komunitas pegiat lingkungan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik.
Kolaborasi tersebut bertujuan memaksimalkan pengelolaan sampah sekaligus menjadi tim penyuluh Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2021 tentang Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai.
BACA JUGA: Riset UI: 19.466 Sampah Plastik Cemari Bantaran Sungai
Sementara itu, timbulan sampah nasional menurut Kementerian Lingkungan Hidup selama 2024 mencapai 19 juta ton per tahun. Sampah yang tidak terkelola sebanyak 41.34% atau setara 8 juta ton. Hal itu dapat mencemari sungai, laut, dan lingkungan sekitar. Bahkan, riset Ecoton menunjukkan bahwa 70 persen sampah plastik di sungai tidak pernah terkelola dengan baik.
Kontaminasi Mikroplastik
Ecoton juga memaparkan data dari hasil penelitian terbarunya. Penelitian tersebut menunjukkan adanya temuan mikroplastik atau potongan plastik berukuran kurang dari lima milimeter di berbagai aspek kehidupan, termasuk di Sungai Brantas dan Sungai Bengawan di Jawa Timur. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa mikroplastik telah mencemari tubuh manusia melalui rantai makanan.
“Kita tidak hanya memakan ikan yang terkontaminasi mikroplastik. Kita juga minum air dan menghirup udara yang mengandung partikel mikroplastik,” kata Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti.
Bahkan, lanjutnya, masyarakat Indonesia adalah yang paling banyak mengkonsumsi mikroplastik sebanyak 15 gram per bulannya. Menurut Rafika, jika tidak ada tindakan nyata, plastik bisa menjadi ancaman kesehatan yang lebih besar di masa depan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia