Materi Mangrove dan Gambut Masuk Kurikulum Pendidikan

Reading time: 2 menit
Peluncuran kurikulum pendidikan mangrove dan gambut di Kubu Raya. Foto: BRGM

Jakarta (Greeners) – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), meresmikan penerapan muatan lokal gambut dan mangrove yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan dasar.

Langkah ini untuk memberikan edukasi melalui pendidikan lingkungan. Hal ini untuk meningkatkan kepedulian anak didik dalam menjaga ekosistem gambut dan mangrove.

Hadirnya materi muatan lokal pendidikan lingkungan gambut dan mangrove ke dalam kurikulum sesuai dengan Permendikbudristek No 56 Tahun 2022.

Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Zulfikri mengapresiasi ide mengintegrasikan muatan lokal gambut dan mangrove di semua mata pelajaran, khususnya Bahasa Indonesia, IPA dan IPS.

“Jika implementasi ini berjalan dengan baik, anak-anak di Kubu Raya akan menempatkan gambut dan mangrove sesuai dengan porsinya. Sehingga, kita semua akan mendapatkan karunia dari dua ekosistem ini,” kata Zulfikri dalam keterangannya baru-baru ini.

Kurikulum Pendidikan Terintegrasi

Implementasi kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove di Kubu Raya pada tingkat SD akan integrasikan pada mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. Sementara pada tingkat SMP, materi terkait gambut dan mangrove terintegrasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS.

Bentuk integrasi muatan lokal ke kurikulum pendidikan ini lebih efektif dan efisien. Sebab siswa dapat mengenal gambut dan mangrove tanpa harus menyediakan jam pelajaran secara khusus, dan tidak membutuhkan guru tersendiri.

Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Suwignya Utama mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan para mitra atas tersusunnya kurikulum pendidikan yang berisi muatan lokal gambut dan mangrove di Kabupaten Kubu Raya.

“Kurikulum ini harapannya akan terimplementasi di semua sekolah dasar dan sekolah menengah pertama se-Kabupaten Kubu Raya,” tutur Suwignya.

Senada dengannya, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menyatakan, tempo dulu masyarakat menghindari daerah gambut. Mereka cemas jika harus hidup di wilayah gambut.

“Namun sekarang, berkat edukasi dan sosialisasi yang baik, masyarakat pelan-pelan mengalami perubahan cara berpikir. Penerapan kurikulum pendidikan ini merupakan upaya untuk menavigasi masyarakat akan pentingnya kebijakan-kebijakan terkait lingkungan hidup,” ucapnya.

Sinergi wujudkan pendidikan lingkungan di Kubu Raya. Foto: BRGM

Pendidikan Sejak Dini

Direktur ICRAF Sonya Dewi juga menilai, ekosistem gambut merupakan sumber daya alam yang penting sekali dalam penghidupan masyarakat di Kubu Raya.

“Pengelolaan gambut yang tidak tepat bisa berujung pada bencana yang amat merugikan dan telah kita rasakan bersama, seperti kebakaran lahan dan hutan,” jelasnya.

Ia melanjutkan, salah satu penyebab bencana ini adalah kurangnya pengetahuan akan karakteristik dan cara pengelolaan terbaik ekosistem gambut. “Maka, upaya bersama untuk memperkuat kapasitas para pihak dalam mengelola ekosistem gambut adalah keharusan,” tegasnya.

Pengembangan kurikulum mangrove dan gambut di Kabupaten Kubu Raya ini merupakan inovasi dan langkah awal dari BRGM dan para mitra. Harapannya kepedulian masyarakat terhadap pelestarian ekosistem gambut dan mangrove semakin meningkat melalui pendidikan dari sejak usia dini.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top