P&G Indonesia : Kumpul Sampah Sachet Bisa Beli Token Listrik

Reading time: 3 menit
P&G Indonesia Conscious Living
P&G Indonesia inisiasi program pengumpulan sampah sachet untuk lestarikan lingkungan. Foto: P&G Indonesia

Jakarta (Greeners) – Sampah sachet dari suatu kemasan menjadi sampah yang sulit terdegradasi. Salah satu produsen consumer good P&G menginisiasi aksi pengumpulan sampah sachet produknya yang bisa dipakai untuk membeli token listrik.

Program bernama Conscious Living ini P&G Indonesia lakukan bersama Octopus Indonesia dan mendapat dukungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat. Conscious Living berawal di Bandung sebagai bentuk pertanggungjawaban P&G atas dampak bisnisnya terhadap lingkungan.

Sales Senior Director and Sustainability Leader P&G Indonesia Asrini Suhita mengatakan, program ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan mencegah sampah plastik sachet atau multilayer dan Polietilena berdensitas tinggi atau high density polyethylene (HDPE) dari produk P&G berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

“Hal ini merupakan bukti komitmen kami sebagai perusahaan fast moving consumer good (FMCG) dalam berupaya untuk mempertanggung jawabkan dampak bisnis kami terhadap lingkungan,” katanya dalam peluncuran Conscious Living virtual di Jakarta, baru-baru ini.

Conscious Living merupakan program dimana masyarakat mengumpulkan kemasan sachet atau multilayer dan plastik HDPE dari produk-produk P&G. Sampahnya lalu disetorkan melalui aplikasi Octopus dengan menghubungi pelestari (pemulung) Octopus.

Octopus Indonesia merupakan aplikasi pengumpulan sampah bekas pakai. Hingga kini, pengguna aplikasi ini tersebar di berbagai kota di Indonesia. Octopus Indonesia telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar dan Provinsi Jawa Barat.

Pelestari akan datang mengambil sampah kemudian menyetorkan kepada pengusaha pengolah sampah atau pengepul. Olahan sampah akan menjadi sumber energi terbarukan sehingga tidak sampai ke TPA.

“Program ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan mencegah sampah plastik sachet atau multilayer dan HDPE dari produk P&G berakhir di TPA. Hal ini, merupakan bukti komitmen kami sebagai perusahaan FMCG dalam berupaya untuk mempertanggung jawabkan dampak bisnis kami terhadap lingkungan,” Ungkap Asrini.

P&G Dorong Sirkular Ekonomi

Program Conscious Living berdiri melalui proses pengelolaan sampah yang terintegrasi untuk mencapai sirkular ekonomi. Sirkular ekonomi merupakan skema yang melibatkan semua pihak dalam proses pengelolaan dan akan mendapat keuntungan.

“P&G merupakan pelopor dalam mengimplementasikan proses pengolahan sampah khususnya plastik sachet multilayer dan plastik HDPE yang belum memiliki nilai saat ini. Nantinya hal ini akan memiliki nilai ekonomi yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat,” paparnya.

Lewat program ini, sampah plastik sachet multilayer dan plastik HDPE memiliki nilai jual. Konsumen yang memilah sampah dan menyerahkan kepada Octopus akan mendapat keuntungan. Mereka akan mendapat poin yang dapat ditukarkan menjadi pulsa ataupun token listrik. Pelestari pun juga dapat menambah pendapatan lewat program ini.

“Pelestari yang tadinya mungkin pendapatannya masih di bawah rata-rata upah minimum regional dengan melakukan pengambilan sampah dan menjual sampah pada pengepul bisa mendapatkan tambahan pendapatan,” imbuhnya.

Pengepul sampah juga mendapat keuntungan karena sampah plastik multilayer dan HDPE memiliki nilai jual.

“Dulu ketika dikasih ke pengepul tidak ada nilainya. Tetapi sekarang dengan adanya program ini maka sachet multilayer dan HDPE jadi ada nilai ekonominya untuk menambah pendapatan dari pengepul,” katanya.

Bantu Kurangi Sampah

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtyas menyambut baik peluncuran program Conscious Living ini. Program ini sejalan dengan rencana pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menargetkan Kota Bandung tidak lagi memiliki TPA di tahun 2023.

“Kami mewakili pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung penuh program ini, karena program ini sejalan dengan program pengelolaan lingkungan pemerintah provinsi kami,” kata Prima.

Sampah plastik seperti sampah sachet, plastik multilayer dan sampah HDPE ini masih menjadi permasalahan yang tak kunjung usai bagi pemerintah. Sampah sachet atau plastik multilayer ini sulit terurai. Di sisi lain, sampah plastik HDPE menjadi salah satu kontribusi sampah terbesar saat ini.

“Salah satu tantangan terbesar kami saat ini memang perihal pengelolaan sampah plastik tanpa nilai ekonomi seperti sachet multilayer dan HDPE. Saya sangat berterima kasih kepada P&G yang memelopori pergerakan yang sangat baik ini di industri FMCG,” tandasnya.

Program Conscious Living ini akan terus berjalan. P&G Indonesia akan mengevaluasi jalannya program tersebut dalam satu tahun ke depan. Perusahaan ini menargetkan dapat mengumpulkan 30 juta ton sampah plastik dalam kurun waktu satu tahun.

Penulis : Fitri Annisa

 

 

Top