13 Juta Kawasan Hutan Indonesia Dialihfungsikan Tiap Tahun

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Indonesia sebagai negara megabiodiversitas ketiga di dunia mendapat kehormatan untuk menjadi kediaman 17 persen mahluk hidup yang ada di bumi. Namun, hal ini ternyata tidak menyurutkan angka degradasi yang terjadi.

Prof. Dr. Tukirin Patmomihardjo, peneliti botani dari LIPI, mengatakan, tiap tahunnya 13 juta hektar kawasan hutan dialihfungsikan menjadi kawasan pertanian atau pemukiman. Menurut Tukirin, setiap jamnya terdapat tiga jenis biota punah dan dalam setahun dapat mencapai 20.000 biota punah. Laju kepunahan ini 100 hingga 1000 kali lebih cepat dari kepunahan normal. Padahal, kawasan hutan merupakan laboratorium alam yang menyimpan keanekaragaman hayati untuk dipelajari dan diketahui potensi uniknya.

“Jika salah satu jenis keanekaragaman hayati tersebut punah, maka hilang pula potensi yang dimilikinya”, ungkapnya saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Jumat (22/05).

Teguh Triono, Direktur Program Yayasan KEHATI juga menerangkan, keanekaragaman hayati sering disebut pula sebagai fondasi untuk terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Ketersediaan pangan dan air bergantung pada keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati memiliki peranan yang sangat penting dalam strategi mitigasi-adaptasi perubahan iklim dan pengurangan resiko bencana.

“Laju degrasi yang terjadi tentunya harus dikendalikan. Pengendalian yang melibatkan masyarakat sebagai aktor utama, bukan sebagai objek penderita. Sejalan dengan prinsip segitiga pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari lingkungan, masyarakat, dan ekonomi,” ujarnya.

Sebagai informasi, dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati, Yayasan Kehati menggelar talkshow bertemakan “Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan Berkelanjutan” (Biodiversity and Sustanainable Development). Tema ini merupakan bentuk dukungan bagi agenda pembangunan yang diusung oleh PBB setelah 2015 (Post MDGs 2015) atau disebut juga dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

Salah satu program yang dibahas dalam talkshow ini adalah program Green Corridor Initiatives (GCI), yaitu program ekosistem hutan Yayasan KEHATI yang menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Salah satunya melalui restorasi hutan yang dilakukan di Koridor Halimun Salak (Taman Nasional Gunung Halimun Salak), Jawa Barat. GCI dalam dua tahun belakangan telah merestorasi 230 hektar hutan koridor dengan 130.000 pohon dari sekitar 40 jenis pohon lokal dari target 500 hektar.

Hari Keanekaragaman Hayati sendiri pertama kali diperingati pada tahun 1993, bukan pada tanggal 22 Mei, melainkan pada tanggal 29 Desember bertepatan dengan pelaksanaan pelaksanaan konvensi antar negara tentang keanekaragaman hayati (COP – Convention on Biological Diversity).

Pada Desember 2000, PBB mengadopsi pada tanggal 22 Mei sebagai Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity), mengacu pada tanggal pengesahan Teks Kesepakatan Keanekaragaman Hayati (Nairobi Final Act of The Conference for The Adoption of The Agreed Text of The Convention on Biological Diversity).

Penulis: Danny Kosasih

Top