Buta Flora Tak Hanya Dialami Masyarakat Awam

Reading time: 3 menit
Penting mengasah kecerdasan naturalis agar tidak alami buta flora. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Fenomena buta flora tak hanya terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Akan tetapi, juga para civitas akademik yang seharusnya menjadi garda terdepan pengkajian dan penelitian potensi ini.

Buta flora atau ketidakmampuan untuk memperhatikan pentingnya tumbuhan dan tanaman dalam biosfer kehidupan. Hal ini bisa berdampak pada kepunahan lingkungan. Bahkan pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia atau bioprospeksi di masa depan minim.

Guru Besar Program Studi Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Christofora Hanny Wijaya mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversitas kedua terbesar setelah Brasil. Indonesia, masih banyak potensi keanekaragaman hayati, utamanya di laut yang belum tergali. Potensi tersebut merupakan aset berharga jangka panjang yang harus kita kaji, teliti dan manfaatkan.

“Masih banyak misalnya mahasiswa saya jurusan pangan yang tak mampu mengenali potensi kehati dalam negeri. Mereka justru lebih kenal potensi dari luar negeri,” katanya kepada Greeners baru-baru ini.

Contohnya, para mahasiswa masih banyak yang tak mengenal tumbuhan andaliman dan berbagai varian buah mangga dibanding dengan potensi produk impor. Ironisnya, sambung dia para mahasiswa justru merasa bangga dengan hal itu.

Padahal, kesadaran untuk mengenali potensi keanekaragaman hayati dalam negeri sangat krusial, terutama pemanfaatannya ke depan. Apalagi para mahasiswa ini garda terdepan pemanfaat bioprospeksi untuk pangan dan potensi lainnya.

“Jangan sampai justru pihak luar negeri yang akan mengkaji dan memanfaatkan potensi kehati kita dan kita justru beli dari mereka,” ujar ilmuwan perempuan yang berjuluk “Dosen Jamu” ini.

Masyarakat Lokal Manfaatkan Berbagai Flora Sejak Dulu

Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetika Indonesia (P3FNI) ini menyebut, potensi bioprospeksi tumbuhan dan tanaman pangan telah masyarakat lokal lakukan sejak dulu.
Mereka, telah memanfaatkannya sebagai makanan fungsional untuk menjaga kesehatan.

“Mereka tak mengenal kandungan bahan aktif di dalamnya, tapi karena kebiasaan dari nenek moyang pendahulu maka mereka memanfaatkannya,” imbuhnya.

Misalnya, potensi andaliman yang banyak masyarakat Sumatra jadikan sebagai bumbu wajib dalam masakan. Kemudian kencur, jahe yang kerap untuk menjaga daya tahan dan kebugaran tubuh.

Namun, sayangnya masih banyak potensi rempah dan bahan makanan yang belum dimanfaatkan secara optimal karena belum adanya standar untuk produk makanan sehat. Oleh karenanya, ia menekankan prinsip makanan fungsional, yang harus memiliki tiga fungsi paten.

Aspek tersebut yakni sumber nutrisi, bercita rasa dan memiliki kemampuan fisiologis untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Hanny juga menyebut, bahwa kesadaran dan kepekaan anak terhadap potensi lingkungan alam sekitar harus kita tanamkan sejak dini. Ia menilai edukasi terhadap nilai-nilai alam pada anak-anak di Indonesia, terutama di perkotaan masih sangat kurang dibandingkan dengan negara maju.

“Terutama anak-anak kota sekarang justru lebih akrab dengan gadget dibanding dengan potensi alam di sekitarnya. Jangan sampai ini berlanjut, lebih parahnya, seperti mereka tak tahu beras itu berasal dari mana,” ujar dia.

Pengenalan lingkungan sejak dini sangat penting untuk menumbuhkan kecintaan terhadap alam. Foto: Greeners/Ramadani Wahyu

Asah Kecerdasan Naturalis

Pengamat pendidikan Universitas Paramadina Totok Amien Soefijanto menyatakan, setiap anak memiliki kecerdasan yang unik. Akan tetapi, fungsi pendidikan krusial untuk mampu mendorong dan mendeteksi tumbuh cerdasnya anak pada semua jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan naturalis.

“Justru pendidikan harusnya mampu mendorong kecerdasan tertentu pada anak, lebih bagus lagi bila unggul di semua kecerdasan. Oleh karena itu anak tetap harus kita latih untuk mengasah kecerdasan yang mereka miliki,” ungkapnya.

Ia menilai pentingnya peran lingkungan keluarga dan sekolah untuk mengasah kecerdasan naturalis sejak dini terhadap flora. Hal sederhana yang dapat semua orangtua rutin lakukan yaitu dengan mengajak anak berjalan kaki mengamati lingkungan sekitar.

“Jangan hanya jalan kaki tapi sembari bercerita tentang potensi alam dan lingkungan di sekitarnya yang menjadi minat anak,” imbuhnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top