Ecoton Ungkap Temuan Mikroplastik dalam Teh Celup

Reading time: 2 menit
Peneliti Ecoton mengungkapkan temuan mikroplastik dalam teh celup yang terlepas setelah melalui proses pemanasan. Foto: Ecoton
Peneliti Ecoton mengungkapkan temuan mikroplastik dalam teh celup yang terlepas setelah melalui proses pemanasan. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) –  Sejumlah peneliti dari Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton) mengungkapkan temuan penting mengenai mikroplastik dalam teh celup. Penelitian ini menunjukkan bahwa kantong teh celup dapat melepaskan mikroplastik setelah melalui proses pemanasan.

Ada lima merek yang mereka teliti, yaitu Sosro, Poci, Sarimurni, Sariwangi, dan Tong Tji. Dalam penelitian ini, setiap merek teh celup digunakan dengan air sebanyak 200 ml.

Tim peneliti Ecoton melakukan penelitian dengan dua perlakuan yang menggambarkan kebiasaan masyarakat dalam menyeduh teh celup. Perlakuan pertama, teh celup mereka letakkan dalam air saat proses pemanasan hingga suhu 95°C. Sedangkan perlakuan kedua, teh celup mereka masukkan setelah air mencapai suhu 95°C dan, kemudian diaduk selama lima menit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya kantong teh celup selama proses pemanasan air hingga suhu 95°C melepaskan mikroplastik dalam jumlah yang berbeda-beda. Di antaranya, teh celup Sosro melepaskan 1.093 mikroplastik fiber (partikel), Teh Poci 1.077, Sarimurni 1.059, Sariwangi 1.013, dan Tong Tji 1.009 mikroplastik fiber.

BACA JUGA: Ecoton Bongkar Fakta Bahaya Mikroplastik dalam Tubuh Manusia

Menurut peneliti mikroplastik, Rafika Aprilianti, pemanasan pada kantong teh celup menyebabkan plastik pada kantong teh melepaskan mikroplastik ke dalam teh. Proses pemanasan ini dipengaruhi oleh jenis plastik yang digunakan. Ketahanan plastik terhadap panas, cahaya UV, dan gesekan akan menentukan seberapa cepat plastik tersebut berubah menjadi mikroplastik.

“Mikroplastik merupakan partikel asing bagi tubuh. Ketika masuk ke dalam tubuh maka akan berdampak buruk bagi kesehatan, menyebabkan inflamasi, gangguan hormon, bahkan kanker,” ujar Rafika lewat keterangan tertulisnya Senin, (3/1).

Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh dapat terserap di saluran pencernaan dan kemudian masuk ke dalam darah. Dari sana, partikel-partikel mikroplastik dapat menyebar ke berbagai organ tubuh seperti otot, hati, ginjal, jantung, dan bahkan otak. Karena sifatnya yang sulit terurai, mikroplastik dapat bertahan lama dalam tubuh dan menumpuk seiring waktu atau bioakumulatif.

Picu Dampak Negatif

Rafika Aprilianti menambahkan bahwa keberadaan mikroplastik dalam tubuh dapat memicu berbagai dampak negatif, seperti peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel. Dalam jangka panjang, kondisi ini berisiko menyebabkan peradangan kronis yang dapat berujung pada kematian sel (apoptosis) dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang lebih serius.

Untuk menghindari paparan mikroplastik, salah satu solusi yang bisa masyarakat terapkan adalah dengan memilih teh daun asli tanpa kantong teh. Selain itu, sebaiknya menggunakan saringan stainless steel, teko, atau french press untuk menyeduh teh. Di masa lalu, masyarakat menyeduh teh dengan cara yang lebih sederhana dan alami. Caranya dengan menggunakan daun teh langsung dalam teko atau cangkir tanpa kantong teh berbahan plastik. Selain lebih alami, cara ini juga lebih ramah lingkungan.

BACA JUGA: Terbangkan Drone, Peneliti Cilik Temukan Mikroplastik di Langit Kediri

Di samping itu, sebuah jurnal penelitian yang terbit di Environmental Science & Technology pada tahun 2024 mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia, diperkirakan mengonsumsi mikroplastik sebanyak 15 gram per kapita per bulan. Jumlah itu setara dengan berat 3 kartu ATM.

Selain berasal dari kebiasaan menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan dan minuman, salah satu sumber utama mikroplastik tersebut juga berasal dari kantong teh celup.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top