Gandeng Bonge dan Jeje, DKI Ajak Remaja SCBD Jaga Lingkungan

Reading time: 3 menit
DLH DKI Jakarta mengandeng Bonge dan Jeje ajak komunitas Citayam Fashion Week peduli lingkungan. Foto: DLH DKI Jakarta

Jakarta (Greeners) – Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta berkolaborasi dengan remaja viral Sudirman Citayam Bojonggede Depok (SCBD) Bonge dan Jeje mengkampanyekan kebersihan di Dukuh Atas. Kolaborasi ini harapannya dapat membuat para remaja lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Bonge dan Jeje merupakan ikon dua remaja Citayam, Depok yang belakangan tengah ramai karena tren Citayam Fashion Week di kawasan Jalan Kendal dan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat. Fenomena ini pun menyedot perhatian publik. Salah satunya di dunia maya atau media sosial (medsos).

Sebelumnya, mereka bersama dengan remaja-remaja Citayam Bojonggede Depok kerap kali berkunjung dan nongkrong di kawasan Dukuh Atas. Keramaian di kawasan tersebut kerap berpotensi menghasilkan sampah.

Humas DLH DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengatakan, Bonge dan Jeje selama ini dikenal dan cukup berpengaruh di kalangan remaja. “Kita nilai sih efektif karena pengaruhnya, influence-nya mereka sekarang jadi tokoh informal yang ramai di medsos. Pasti teladan mereka berpengaruh di masyarakat, terutama seusia mereka,” katanya kepada Greeners, Sabtu (16/7).

Yogi memastikan, bentuk kolaborasi tersebut merupakan bentuk komitmen Pemprov DKI Jakarta untuk terus mengalakkan edukasi dan aksi dalam menjaga kebersihan. “Kita collab mau bikin konten-konten edukasi teman-temannya, masyarakat untuk jaga kebersihan, ketertiban di fasilitas umum,” imbuhnya.

Menurutnya, kolaborasi tersebut juga merupakan salah satu arahan dari Gubernur DKI Anies Baswedan. Bonge dan Jeje pun bersedia mengedukasi sesama remaja lainnya menjaga kebersihan dan ketertiban di ruang publik. Sosialisasi tersebut, sambung Yogi dilakukan baik secara langsung maupun melalui media sosial.

“Nanti kita mau live di Instagram tentang edukasi kebersihan, jaga ketertiban di fasilitas publik sama Bonge dan Jeje,” ujarnya.

Yogi juga menegaskan, berkat aksi edukasi tersebut saat ini sampah di kawasan Dukuh Atas sudah mulai berkurang. Saat ini, jumlah sampah selama sehari sekitar seperempat meter kubik.

“Jadi sangat efektif sih pengurangan sampahnya setelah melakukan itu. Kemudian menerapkan sanksi sosial simpati, itu berpengaruh. Jumlah sampah jauh berkurang,” tuturnya.

Bonge dan Jeje Tak Minta Bayaran ke Pemerintah

Yogi pun menyebut, Bonge dan Jeje juga tidak meminta bayaran dari pemerintah. Keduanya hanya berharap Pemprov DKI Jakarta memberikan beasiswa agar para remaja tersebut dapat kembali melanjutkan ke sekolah.

“Kalau sama pemerintah kita enggak minta fee. Kita mintanya sama yang lain-lain saja. Kalau bisa ada beasiswa. Bagus pemikirannya, berarti dia mau sekolah lagi,” ungkapnya.

Menanggapi fenomena tersebut, Sosiolog Universitas Nasional Sigit Rochadi menilai, pemandangan dan fasilitas publik di Jakarta sangat menarik perhatian masyarakat pinggir kota, seperti remaja viral SCBD. Pasalnya fasilitas tersebut masih langka di pinggiran kota.

“Dengan kemudahan transportasi, mobilitas warga pinggir ke pusat kota semakin mudah dan semakin banyak yang memanfaatkannya. Pusat kota dengan fasilitas yang serba modern, mudah warga pinggiran akses untuk sekadar bersenang-senang atau aktualisasi diri,” paparnya.

Belakangan, remaja ini juga mengekspresikan diri melalui muncul fenomena remaja yang berkumpul di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat sambil mengekspresikan diri lewat Citayam Fashion Week. Kondisi ini menggambarkan ‘wajah baru’ Sudirman.

Kolaborasi dengan Bonge dan Jeje mendorong remaja sadar sampah dan lingkungan. Foto: DLH DKI Jakarta

Beraktualisasi di Media Sosial

Sigit juga melihat, ‘wajah baru’ di Sudirman ini sejalan dengan keinginan masyarakat pinggiran, khususnya remaja yang membutuhkan media untuk menunjukkan eksistensinya. Salah satunya melalui media sosial internet. Pemandangan kota Jakarta lengkap dengan fasilitas pendukung menjadi pemicu kreativitas, termasuk sekadar foto dengan gaya tertentu dan mereka unggah ke media sosial.

Kendati demikian, Sigit menilai gelombang ke kota akan segera mencapai titik jenuh dengan semakin maraknya anak-anak muda yang menampilkan gaya yang sama. Termasuk, dengan latar belakang, fasilitas yang sama dan dapat memicu kebosanan orang kota.

Sigit mengapresiasi langkah Dinas LH Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan remaja viral SCBD ini. Akan tetapi, ia juga mendorong agar anak remaja dari wilayah pinggiran tersebut tak hanya menghiasi etalase kota metropolitan Jakarta. Akan tetapi juga perlu mencari lokasi lain yang lebih natural.

“Anak-anak muda perlu mencari lokasi lain yang lebih natural dengan mempromosikan kelestarian lingkungan hidup,” tandasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top