Jakarta (Greeners) – Suksesnya ‘Less Waste More Jazz’ dalam Java Jazz Festival 2022 pada 27-29 Mei 2022 patut diapresiasi. Event ini harus menjadi contoh dan menularkan konsep minim sampah di konser musik dan acara besar lainnya.
Java Jazz Festival menjadi bukti sebuah acara yang tak sekadar mencari keuntungan semata. Akan tetapi punya tanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
Penanggungjawab ‘Less Waste More Jazz’ Java Jazz 2022 Syaiful Rochman menyebut, Java Jazz Festival 2022 harus menjadi momentum kebangkitan event yang punya tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Melandainya pandemi Covid-19 membuat Java Jazz Festival ibarat oase baru penikmat musik di tanah air. “Seharusnya pandemi Covid-19 lalu memberikan pembelajaran penting, khususnya bagi pembuat event lebih bertanggung jawab,” kata Syaiful di Jakarta, Minggu (29/5).
Ia menjelaskan, pengelolaan sampah tak terpisah dari event. Pasalnya, pengelolaan sampah merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan itu sendiri sehingga nantinya berdampak ke lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi tanggung jawab pembuat event.
Gerakan less waste atau minim sampah dalam Java Jazz Festival 2022 berkomitmen penuh untuk mengelola sampah yang ajang musik tahunan ini hasilkan. Adapun jumlah total sampah dari 27-29 perhelatan tersebut yaitu sebanyak 6.250 kg atau hampir 6,25 ton.
“Terbukti konsep ini kontribusi mengurangi beban sampah di TPA. Kita bisa mengurangi sampah, khususnya organik dan daur ulang untuk kita salurkan ke pihak-pihak yang berkompeten mengelola itu. Akhirnya kita bisa menyelamatkan dampak lingkungan,” imbuhnya.
Pengelolaan Lingkungan Dalam Sebuah Event Perlu Dapat Prioritas
Menurut Syaiful, pengelolaan lingkungan dalam sebuah event bukan hal baru lagi, utamanya pada gelaran-gelaran berskala internasional. Hanya saja, di Indonesia yang beberapa waktu lalu benar-benar melaksanakan penuh hanya Asian Games.
“Dalam gelaran Asian Games tak hanya sampah yang dipastikan pengelolaannya. Bahkan juga memperhatikan dampak ekologis penyelenggaraan event terhadap situs-situs lokal dan situs alamnya,” papar Syaiful.
Kendati Java Jazz Festival belum menerapkan parameter tersebut secara penuh, tapi perlu komitmen yang kuat agar konsep less waste ini bisa terimplementasi secara berkelanjutan. Ia menyebut, tantangan paling utama justru berada pada kesadaran pihak-pihak penyelenggara event akan dampak lingkungan yang mereka hasilkan.
“Mereka kebanyakan masih berpikir bahwa pengelolaan lingkungan ini menambah beban. Padahal ini tanggung jawab. Artinya tentu saja mereka tak sekadar mampu menyediakan tempat, artis, hingga logistik, tapi juga cost untuk pengelolaan lingkungan itu harusnya ada juga,” ungkapnya.
Penyelenggara event sangat bisa bermitra dengan pihak ketiga untuk memastikan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan sosial.
Tularkan Less Waste Java Jazz Festival 2022 ke Berbagai Event Lainnya
Syaiful pun berharap konsep ‘Less Waste More Jazz’ dalam Java Jazz Festival ini mendorong pengelolaan sampah di berbagai event menerapkan hal serupa.
Dari event Java Jazz itu, tim Less Waste More Jazz memilah sampah yang pengunjung buang di tempat sampah terpilah. Sampah tersebut tim salurkan ke pengelola sampah.
Sementara itu pakar lingkungan dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa menyebut, sampah sebuah event hasilkan sangat berpotensi menambah jumlah timbulan sampah di TPA. Ia menekankan agar pihak penyelenggara event mampu menerapkan aturan pada pengunjung.
“Misalnya dengan pengetatan aturan agar pengunjung hadir membawa botol minuman sendiri. Lalu tidak boleh bawa tas plastik, hingga dipersilakan membawa tas belanja sendiri untuk bekal makanan. Itu harus ketat dilakukan dalam event-event besar,” katanya.
Hal lain yang tak kalah penting yaitu tata kelola sampah yang event tersebut hasilkan. Ia menyatakan pentingnya tempat sampah terpilah agar pengunjung dapat memilah sampahnya, seperti sampah organik, sampah residu hingga daur ulang.
“Selain itu penyelenggara event juga harus memikirkan untuk memiliki tempat pemrosesan sampah sendiri dalam skala besar sehingga tak menimbulkan beban ke TPA,” tandasnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin