Jakarta (Greeners) – Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan dua spesies baru kumbang kura-kura dari genus Thlaspidula di Sulawesi. Spesies bernama Thlaspidula gandangdewata dan Thlaspidula sarinoi ini menambah keanekaragaman hayati serangga di wilayah tersebut. Selain itu, juga memberikan wawasan baru dalam studi taksonomi kumbang kura-kura.
Koleksi spesimen ini dilakukan oleh Tim Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN. Spesimen tim kumpulkan dari dua lokasi berbeda, yaitu Gunung Gandangdewata dan Gunung Torompupu di Sulawesi. Penelitian ini mencakup deskripsi morfologi secara mendetail serta kunci identifikasi terbaru untuk semua anggota genus Thlaspidula.
Menurut Peneliti Ahli Pertama Pusar Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Anang Setyo Budi, kedua spesies baru ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies Thlaspidula lainnya.
BACA JUGA: Mengenal Ngengat Glyphodes nurfitriae, Spesies Baru dari Papua
Thlaspidula gandangdewata, T. sarinoi, dan T. boisduvali tergabung dalam grup spesies dari genus Thlaspidula yang memiliki bintik hitam lebar di bagian posterolateral pelebaran batas elytra saja. Namun, ketiganya memiliki pola bintik hitam di elytra dan pronotum yang berbeda.
“Selain itu, perbedaan terletak pada bentuk morfologi cakar, mandibel, pronotum, dan tonjolan elytra. Karakter lain yang juga dapat membantu membedakan spesies tersebut adalah panjang dan warna segmen pada antena,” jelas Anang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/3).
Memiliki Karakter Serupa
Kumbang dari genus Thlaspidula memiliki karakter umum seperti kumbang kura-kura lainnya, yaitu elytra dan pronotum yang melebar (explanate). Elytra dan pronotum tersebut sering kali membentuk perisai yang menutupi kepala dan kaki. Namun, Thlaspidula memiliki bentuk labrum, proporsi tubuh, segmen antena, baris titik pada elytra, dan tekstur elytra yang khas. Hingga saat ini, baru delapan spesies yang tercatat dalam genus ini, tersebar dari Semenanjung Malaya hingga Papua.
Spesimen yang diteliti dalam studi ini disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Indonesia. Material dikoleksi menggunakan jaring sapu dari Gunung Gandangdewata dan Gunung Torompupu di Sulawesi.
BACA JUGA: Bulbophyllum wiratnoi, Anggrek Endemik dari Papua Barat
Penemuan ini menjadi langkah penting dalam dokumentasi keanekaragaman hayati Indonesia. Terutama di kawasan pegunungan Sulawesi yang merupakan salah satu pusat endemisme fauna. Masih perlu studi lebih lanjut untuk memahami ekologi, distribusi, serta upaya konservasi spesies baru ini.
Hasil penelitian ini terpublikasi dalam jurnal Zootaxa pada edisi bulan Januari 2025. Publikasi ini dapat menjadi referensi bagi para taksonomis serta konservasionis dalam memahami dan melindungi keanekaragaman hayati Indonesia.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia