Ikan Cakalang Sumber Produk Makanan Olahan

Reading time: 3 menit
Ikan Cakalang
Ikan Cakalang. Foto: shutterstock.com

Sektor perikanan merupakan aset negara yang menyediakan sumber protein, lapangan kerja, hingga penghasil devisa. Selain mengandung protein dengan susunan asam amino lengkap, ikan memiliki lemak yang tersusun oleh asam lemak tak jenuh omega-3. Hewan laut ini juga dapat bermanfaat bagi kesehatan maupun perkembangan otak (Irianto dan Soesilo, 2007).

Persediaan cakalang di wilayah perairan Kawasan Indonesia Timur (KTI) tersedia sepanjang tahun. Terutama di laut Maluku, laut Banda, laut Seram, dan laut Sulawesi. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar mencatat, ikan cakalang sebagai salah satu spesies yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan. Beberapa bentuk produk olahan dari ikan cakalang misalnya cakalang fufu, ikan kaleng, abon cakalang dan masih banyak lagi produk olahan lain yang bernilai ekonomi tinggi.

Kotsuwonus pelamis dikenal sebagai skipjack tuna atau dalam penamaan lokal disebut cakalang. Ikan ini memiliki tubuh membulat atau memanjang dengan garis lateral. Ciri khasnya, terdapat 4 sampai 6 garis berwarna hitam panjang di samping bagian tubuh. Pada umumnya berat ikan sekitar 0,5 hingga 11,5 kilogram dan panjang sekitar 30 sampai 80 sentimeter.

Baca juga: Ikan Capungan Banggai, Ikan Laut Hias Endemik Sulawesi Tengah

Ikan cakalang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu tubuhnya mempunyai bentuk menyerupai torpedo (fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyai gill rakers (tapis insang) sekitar 53 hingga 63 buah. Ia memiliki dua sirip punggung yang letaknya terpisah. Sirip pertama memiliki 14 sampai 16 jari-jari keras. Sedangkan pada sirip punggung perut diikuti oleh 7 hingga 9 sirip tambahan (finlet).

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) 1983 menyebut makanan utama ikan cakalang adalah ikan-ikan kecil, krustase, dan moluska. Ikan cakalang termasuk perenang yang cepat dan rakus. Biasanya ikan cakalang makan dengan lahap pada waktu pagi hari sekitar jam 09.00. Kemudian menurun pada tengah hari dan nampak menanjak kembali pada waktu senja (Gunarso 1985).

Ikan Cakalang

Ikan Cakalang. Foto: shutterstock.com

Secara umum, panjangnya lebih besar dari 50 sentimeter dan memangsa lebih banyak sefalopoda dan krustasea dibandingkan dengan yang ukurannya lebih kecil dari 50 sentimeter. Namun, ikan-ikan kecil masih menjadi makanan utamanya.

Jenis organisme yang dimakan dan sifat kanibalisme ikan cakalang menunjukkan ikan ini tergolong oportunistic feeder yaitu, pemangsa segala jenis makanan yang tersedia di perairan. Ikan cakalang yang berukuran panjang 41 sampai 87 sentimeter biasanya sudah mulai berkembang biak dan dapat menghasilkan sekitar 80.000 hingga 2.000.000 telur (FAO, 1983). Namun, ukuran ikan cakalang dengan kondisi pertama kali matang gonad yaitu pada ukuran 40 hingga 45 sentimeter (www.fishbase.org).

Baca juga: Ikan Napoleon, Si Bibir Tebal Yang Tengah Terancam

Penyebaran ikan cakalang dapat dibedakan menjadi dua yakni, penyebaran horizontal atau menurut letak geografis perairan dan secara vertikal atau sebaran berdasarkan kedalaman perairan (Nakamura, 1969). Secara kedalaman (vertikal) di siang hari, dimulai dari permukaan sampai kedalaman 260 meter. Sedangkan pada malam hari cenderung ke permukaan. Cakalang jarang muncul ke permukaan perairan ketika perairan keruh. Karena daya penglihatannya sangat berkurang pada waktu air keruh.

Cakalang sering membentuk gerombolan untuk melakukan ruaya atau migrasi jarak jauh dengan melawan arus. Karena biasa bergerombol di perairan pelagis hingga kedalaman 200 meter, cakalang dapat pula dikatakan sebagai ikan yang berpindah di perairan dangkal (brakheadrom). Hewan ini juga dapat menyelam hingga kedalaman 40 meter di daerah tropis. Karena tingkat transparansi air laut yang tinggi dan perubahan temperatur yang tidak terlalu besar (Simbolon, 2011).

Penulis: Sarah R. Megumi

Top