Kakao, Berbagi Kasih Sayang dengan Kelezatannya

Reading time: 3 menit
kakao
Kakao, Berbagi Kasih Sayang dengan Kelezatannya. Foto: Shutterstock.

Bila Anda merayakan hari kasih sayang, kali ini Greeners akan mengupas lebih dalam tentang kakao. Buah dari flora ini menjadi bahan dasar dari cemilan cokelat yang menjadi ikon hari berbagi kasih.

14 Februari identik dengan hari kasih sayang atau Valentine’s day. Hari kasih sayang awam rayakan dengan orang terkasih seperti pasangan dan keluarga. Salah satu kebiasaan pada hari spesial ini yakni saling bertukar kado serta memberikan bunga ataupun cokelat.

Menurut buku elektronik Departemen Perindustrian (2007), cokelat terbuat dari biji buah kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran.

Habitat Bahan Baku Cokelat

Habitat alam tanaman ini berada di hutan beriklim tropis. Flora ini merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (Shade Loving Plant) dengan potensi hasil bervariasi 50-120 buah/pohon/tahun.

Di Indonesia tanaman ini tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 500-600 meter, curah hujan sekitar 1500 mm setahun dengan suhu tahunan antara 24 – 28 derajat celcius.

Kegunaan Kakao: Dinikmati Manusia juga Hewan Ternak

kakao

Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak. Foto: Shutterstock.

Biji buah kakao (cokelat) yang telah melalui proses fermentasilah yang akan diolah menjadi serbuk alias cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini merupakan bahan berbagai macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain.

Buah cokelat yang tanpa biji dapat juga melalui proses fermentasi untuk menjadi pakan ternak.

Buah ini merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara.

Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Dalam komoditas perdagangan, terdapat dua kategori besar biji kakao:

  • kakao mulia (fine cocoa) dari varietas Criolo
  • kakao curah (bulk or ordinary cocoa) berasal dari jenis Forastero

Menyorot Keunggulan Kakao Tanah Air

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan buah dari tumbuhan yang sama dari seluruh dunia. Bila kita lakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan yang berasal dari Ghana.

Lebih jauh, kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok untuk blending.

Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.

Di Indonesia terdapat cokelat khas yang datang dari Papua Barat, namanya “cokelat ransiki”. Ransiki merupakan cokelat yang berasal dari buffer zone atau zona penyangga di tengah Pegunungan Arfak, Papua Barat, habitat bagi flora dan fauna endemik.

Mengutip dari berbagai pemberitaan daring, cokelat ransiki merupakan cokelat yang petani petik langsung dari perkebunan seluas 1.600 hektare milik Koperasi Petani Cokran Eiber Suth di Distrik Ransiki, Manokwari Selatan.

kakao

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan buah dari tumbuhan yang sama dari seluruh dunia. Foto: Shutterstock.

Baca juga: Lumut Daun: Kelompok Lumut Terbanyak, Pecinta Suasana Lembap

Berbeda dengan cokelat yang berasal dari daerah lain di Indonesia, cokelat Ransiki dari Papua Barat ini memiliki cita rasa yang khas dan unik. Adapun kandungan cokelat Ransiki sangat tinggi atau mencapai 72 persen. Walaupun kandungan kokoanya tinggi, cokelat ini tidak begitu pahit karena juga menyimpan rasa creamy dari susu.

Dilansir pada laman balitbangda.papuabaratprov.go.id, Gubernur Papua Barat, Drs. Dominggus Mandacan pada 24 Juli 2020 lalu, meresmikan Rumah Produksi Cokelat milik Koperasi Ebier Suth di Ransiki Manokwari Selatan.  

Dominggus menyebut pengembangan kakao merupakan program prioritas dan kebijakan utama Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dalam rangka pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan, serta menjadi salah satu komoditas lokal unggulan non deforestasi di Papua Barat.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top