Kapinis Rumah, Serupa Walet Namun Beda “Nasib”

Reading time: 2 menit
Tiga ekor kapinis rumah (Apus affinis) mengintip dari sarangnya. Foto: greeners.co/Datriana

Kapinis rumah atau yang nama bekennya di dunia Biologi Apus affinis (Gray, 1830) masih satu keluarga dengan walet, Apodidae. Keluarga Apodidae khas dengan kemampuan terbangnya yang cepat – sekitar 110km/jam, pemakan serangga, dan tersebar luas di dunia. Meski satu keluarga, nasib kapinis rumah lebih beruntung daripada walet.

Sudah menjadi rahasia umum, walet banyak diperangkap dalam gedung-gedung yang gelap dengan rekaman suara walet sebagai pemancing. Tujuan perangkap adalah produksi sarang walet yang dapat mencapai harga 5,3 juta rupiah. Walet yang biasa diperjualbelikan sarangnya dengan harga sangat tinggi adalah walet sarang putih alias Collocalia fuciphaga (Thunberg, 1812). Harganya yang melambung tinggi karena material sarang hanya terdiri dari air liurnya saja sehingga sarangnya bersih dan cocok dibuat sop sarang walet.

Sayangnya, usaha walet tak jarang mengacaukan proses seleksi alam. Banyak pemilik usaha melakukan kecurangan dengan membuang telur burung sriti yang memang agak mirip, tetapi sudah beda keluarga dengan walet, lalu menyusupkan telur walet ke sarang burung sriti itu agar dierami dan menetaslah walet. Burung sriti adalah burung layang-layang batu, Hirundo tahitica (Gmelin, 1789), yang berasal dari keluarga Hirundinidae.

Berbeda dengan walet tersebut, kapinis rumah membuat sarang dengan campuran material dan air liurnya sebagai perekat. Material sarang kapinis rumah biasa terdiri dari campuran rumput, daun pinus, bulu, bahkan terkadang kertas dan kawat. Karena itu, sarang kapanis tidak dapat dikonsumsi dan terhindar dari incaran pelaku pasar.

Sebagian kumpulan sarang kapinis rumah (Apus affinis) di IPB Dramaga. Foto: greeners.co/Datriana

Sebagian kumpulan sarang kapinis rumah (Apus affinis) di IPB Dramaga. Foto: greeners.co/Datriana

Kapinis rumah dapat hidup tentram bersama kelompok besarnya di sarang yang mereka bangun di gedung, jembatan, atau celah bangunan agar tidak terkena matahari langsung dan hujan. Dalam masa berbiaknya, seekor betina kapinis rumah dapat menghasilkan 2-3 telur yang berwarna putih.

Burung kapinis memiliki tubuh berukuran sedang, sekitar 15 sentimeter. Secara fisik burung kapinis berwarna kehitaman dengan tenggorokan dan tunggir putih, ekor bertakik bukan menggarpu, iris coklat tua, paruh hitam, dan kaki coklat.

Sesuai namanya, Apus yang berasal dari bahasa Yunani “Apous” yang berarti tanpa kaki, kapinis rumah tak pernah terlihat kakinya karena sangat pendek. Kaki kapinis hanya digunakan untuk berpegang pada permukaan tegak, seperti dinding bangunan, tidak pernah terlihat mendarat di atas tanah. Selain itu, sayap kapinis rumah lebih panjang dari tubuhnya sehingga membuat mereka menjadi penerbang yang lebih efisien daripada burung lain yang ukurannya sama.

Jumlah kapinis rumah di dunia tidak diketahui secara pasti, tetapi di Eropa ada sekitar 2.500-7.500 ekor. Namun, jumlah itu diduga hanya kurang 5% dari jumlah total kapinis rumah di dunia.

Terdapat empat sub-spesies kapinis rumah di dunia. Apus affinis nipalensis, A. affinis subfurcatus, A. affinis furcatus, dan A. affinis kuntzi. Untuk di Pulau Jawa dan Bali adalah sub-spesies furcatus. Perjumpaan A. affinis furcatus di Jakarta dan Bogor masih ada. Di Jakarta, mereka dapat diamati di kawasan Gelora Bung Karno, Blok M, Jalan Dewi Sartika, RS Pertamina, dan Muara Angke. Di Bogor, kapinis rumah bersarang dalam jumlah besar di kampus IPB Dramaga.

Penulis: Datriana/Indonesia Wildlife Photography

Top