Waspada! Penyakit Pneumonia Terus Mengancam Anak-anak

Reading time: 2 menit
Ilustrasi anak terserang penyakit pneumonia. Foto: Freepik
Ilustrasi anak terserang penyakit pneumonia. Foto: Freepik

Pneumonia merupakan peradangan paru-paru akibat infeksi akut pada saluran pernapasan akibat virus, bakteri, atau jamur. Pada balita, gejala yang paling dominan atau sering muncul adalah batuk, kesulitan bernapas, dan tanda penyakit pneumonia berat seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan bahwa pneumonia sering dianggap sebagai pembunuh senyap karena menyerang paru-paru dan mengganggu pernapasan. Bahkan, penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak.

“Pneumonia ini terus menjadi ancaman serius bagi anak-anak di dunia. Kematian akibat pneumonia itu terjadi setiap 43 detik. Ini berarti 700 ribu anak meninggal setiap tahunnya karena pneumonia. Penyakit ini sebenarnya bisa kita cegah,” ucap Dante di Jakarta, Senin (18/11).

BACA JUGA: Flu Burung Menyerang Mamalia, Akankah Mengancam Manusia?

Penyebab lain yang sangat berpengaruh adalah paparan asap rokok. Dante menyampaikan pesan kepada orang tua yang masih merokok di rumah, bahwa rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan diri sendiri. Rokok juga dapat melemahkan kondisi paru-paru anak-anak mereka.

“Data statistik menunjukkan anak-anak yang ada di lingkungan orang tuanya perokok lebih gampang terkena pneumonia daripada anak-anak yang orang tuanya tidak merokok,” tambah Dante.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono. Foto: Kemenkes

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono. Foto: Kemenkes

Penyakit Pneumonia Menyebabkan Angka Kematian Tertinggi

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar pada balita di Indonesia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2021 menunjukkan pneumonia menyebabkan 740.000 kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Angka itu setara dengan 14% dari total kematian balita di seluruh dunia.

“Ini menunjukkan bahwa pneumonia ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak,” tutur Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Yudhi Pramono.

Selain itu, berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, yaitu Rp 8,7 triliun. Kemudian, diikuti oleh tuberculosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.

Pemerintah berkomitmen mendukung tujuan SDGs, yaitu memastikan kehidupan sehat dan kesejahteraan bagi semua usia. Untuk itu, pemerintah menargetkan penurunan angka kematian balita akibat pneumonia serta pengurangan insiden pneumonia pada balita hingga 70% secara nasional.

BACA JUGA: KLB Campak di 12 Provinsi, Epidemiolog Ingatkan Ini

Dante menambahkan, Hari Pneumonia Sedunia pada setiap tanggal 12 November, menjadi momentum penting untuk melindungi anak-anak dari pneumonia dan melawan pneumonia pada anak. Sebagai bagian dari transformasi kesehatan, khususnya pada layanan kesehatan primer, pemerintah terus berupaya mencegah terjadinya pneumonia pada anak-anak melalui berbagai langkah. Upaya pencegahan itu mereka lakukan dengan vaksinasi dan menjaga lingkungan tetap sehat.

“Namun, imunisasi hanyalah salah satu bagian kecil dari upaya mengatasi pneumonia. Upaya lainnya adalah memenuhi kualitas gizi pada anak-anak supaya kekebalan tubuhnya meningkat, di antaranya dengan memberikan ASI eksklusif serta penyediaan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak-anak,” ujar Dante.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top