BKPM Optimis Realisasi Investasi Tetap Berjalan

Reading time: 2 menit
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani (kanan) dalam Konferensi Pers Hasil Roadshow Pengawalan 100 Proyek Investasi Tahap Pertama yang diadakan di BKPM, Jakarta, Senin (15/06). Foto: dok. Humas BKPM

Jakarta (Greeners) – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa meskipun laju perekonomian dunia masih bergerak cukup lambat, namun proses realisasi proyek investasi di Indonesia akan tetap berjalan sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional.

Kepala BKPM Franky Sibarani dalam keterangan pers mengatakan, rasa optimis tersebut bisa dilihat dari hasil kunjungan dirinya ke delapan proyek investasi yang ada di Banten dan Jawa Tengah, sebagai bagian dari sampling (pengambilan contoh) BKPM terhadap 100 proyek investasi yang sedang memasuki masa konstruksi.

“BKPM optimis terhadap proses realisasi proyek investasi ini setelah mengunjungi delapan proyek investasi yang berada di Banten dan Jawa Tengah. Apalagi terlihat bahwa para investor ini masih tertarik untuk tetap menanamkan modalnya di Indonesia,” jelas Franky pada konferensi pers hasil kunjungan delapan proyek investasi di kantor BKPM, Jakarta, Senin (15/06).

Selain itu, ia melanjutkan, bahwa realisasi investasi delapan proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Tengah dan Banten tersebut telah mencapai Rp26,2 triliun atau sekitar 50 persen dari rencana investasi sebesar Rp50,7 triliun. Dengan peningkatan ini, diharapkan dapat terjadi penambahan penyerapan tenaga kerja di lapangan.

“Selain penambahan tenaga kerja, BKPM juga mengharapkan terjadinya penambahan ekspor produk senilai USD 800 juta per tahun, penghematan devisa hingga USD 810 juta per tahun serta tambahan pembangkit tenaga listrik sebesar 986 megawatt (MW), yang 662 MW di antaranya untuk kebutuhan masyarakat Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 324 MW digunakan untuk keperluan perusahaan itu sendiri,” tambahnya.

Menurut Franky, hambatan yang paling utama yang dihadapi saat ini adalah soal kepastian pasokan energi listrik dan perizinan terkait lahan dan tata ruang. Selain itu, perizinan daerah dan rangkap peraturan perizinan antara satu ketentuan perundang-undangan dengan lainnya juga masih menjadi kendala bagi investor sehingga enggan berinvestasi.

Beberapa masalah yang terjadi, lanjut Franky, antara lain seperti kepastian pasokan listrik dari PLN yang dihadapi oleh PT Cemindo Gemilang yang mengerjakan proyek pabrik semen di Lebak, Banten serta PT Rayon Utama Makmur yang sedang mengerjakan proyek serat rayon bahan baku benang di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sementara persoalan perizinan terkait lahan dan tata ruang, terang Franky lagi, dialami oleh PT Kukdong Apparel Batang yang merupakan PMA asal Korea Selatan. Kukdong Aparel Batang membutuhkan lahan yang cukup luas untuk ekstensifikasi pabrik tekstil yang ada di Jawa Tengah.

“Kami (BKPM) akan segera berkoordinasi dengan PLN dan kementerian serta lembaga terkait agar permasalahan ini tak menghambat proses realisasi investasi yang potensinya mampu menggerakkan perekonomian nasional kita,” tutupnya.

Sebagai informasi, ke delapan proyek investasi yang dikunjungi oleh BKPM tersebut antara lain, pabrik semen PT Cemindo Gemilang di Lebak Banten, PT Semarang Garment dan PT Kukdong Apparel Batang di Jawa Tengah, PT Sri Rejeki Isman di Sukoharjo Jawa Tengah, proyek PT Rayon Utama Makmur di Sukoharjo Jawa Tengah, PT Lestari Banten Energi di Merak Banten, PT Asahima Chemical di Cilegon Banten, PT Chandra Asri Petrochemical di Cilegon Banten dan PT Synthethic Rubber Indonesia di Cilegon Banten.

Penulis: Danny Kosasih

Top