Harimau Putih Ditengarai Muncul dari Bisnis Kejam Tak Manusiawi

Reading time: 2 menit
Harimau putih bukan salah satu subspesies harimau. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Harimau putih kerap kita temui di tempat-tempat konservasi ex situ seperti kebun binatang dan Taman Safari. Muncul pandangan minimnya populasi harimau putih karena satwa liar ini spesies yang langka. Namun, unggahan video harimau putih oleh akun Instagram @rhezmaul menyibak fakta berbeda.

Dalam akunnya tersebut @rhezmaul menyebut, harimau putih bukan untuk tujuan konservasi. Akan tetapi hasil bisnis kejam yang tak manusiawi.

Dalam video berjudul “Fakta Harimau Putih yang Jarang Diketahui” ini mengungkap, spesies harimau putih bukan subspesies harimau atau jenis harimau yang berbeda. Tapi harimau yang mengalami kelainan genetik.

Ia mengungkap, semua harimau putih dapat ditelusuri asal usulnya dari harimau putih bernama Mohan asal India pada tahun 1951. “Mohan sengaja dikawinkan dengan anak-anaknya sendiri, dan anak-anaknya pun kawin dengan saudara-saudarinya demi menghasilkan harimau berwarna putih,” kata @rhezmaul dikutip Greeners, Sabtu (11/3).

Dalam proses kawin sedarah ini, banyak menghasilkan anak dengan masalah kesehatan hingga cacat. “Itu artinya, setiap satu ekor harimau putih “sempurna” ada banyak yang cacat atau mati,” imbuh peneliti dan pelestari satwa liar ini.

Bukan untuk Tujuan Konservasi

Lebih jauh katanya, saat ini dunia konservasi tak memprioritaskan pengembangbiakan harimau putih. Sebab, harimau ini bukan alami dan tidak memiliki peran di alam.

“Harimau putih adalah satwa yang terlahir cacat dan lemah hanya berujung kita jual dan kandangi seumur hidup. Harimau putih lebih ke bisnis ketimbang konservasi,” imbuhnya.

Ini berbeda halnya dengan harimau normal yang memiliki peranan dalam keanekaragaman hayati, yakni sebagai pengendali populasi satwa. “Kalau satwa lain populasinya seimbang tidak over populasi maka populasi tumbuhan akan lebih tinggi karena tidak habis oleh satwa lain,” tuturnya.

Demikian saat populasi tumbuhan tinggi maka berdampak positif pada kualitas udara yang lebih bersih, cadangan air melimpah serta berkurangnya bencana alam.

Harimau ini bukan alami dan tidak memiliki peran di alam. Foto: Freepik

Praktik Bisnis Kejam Terhadap Satwa

Program Manager Save Indonesian Nature & Threatened Species (Sintas) Indonesia Alya Faryanti juga menilai, konservasi harimau putih merupakan bisnis kejam karena mengakibatkan kemungkinan lahirnya individu cacat.

Namun, ia meluruskan harimau putih bukanlah spesies baru. “Praktik seperti ini terjadi di India dan spesiesnya berbeda dengan harimau Sumatera yang ada di Indonesia,” katanya kepada Greeners.

Pernyataan ini sekaligus mengonfirmasi kemunculan harimau putih yang ada di tempat konservasi seperti kebun binatang dan Taman Safari Indonesia bukanlah jenis harimau Sumatera. “Untuk itu silakan minta klarifikasi kepada pihak terkait mengenai jenis dan sumbernya,” ucapnya.

Adapun untuk saat ini status harimau secara global adalah endangered atau terancam punah. “Dengan viralnya video terkait harimau putih momentum untuk membekali masyarakat pemahaman yang benar. Ini sekaligus juga menggalang dukungan konservasi harimau secara umum,” tegasnya.

Prioritaskan Edukasi

Lebih lanjut agar praktik breeding ini tak terjadi lagi, Alya menekankan pentingnya edukasi. Salah satunya dengan memastikan kebenaran informasi terkait dampak negatif breeding dengan kekerabatan yang dekat. Kemudian juga pemberian pemahaman jika satwa liar di kandang maka peran ekologisnya sudah tidak ada.

“Namun perannya beralih menjadi edukasi untuk masyarakat lebih mudah mengenal dan akhirnya mendukung upaya pelestarian satwa liar yang ada,” katanya.

Ia pun menegaskan, keberadaan satwa liar yang bertujuan untuk edukasi, jangan hanya mengejar budi daya untuk mendapatkan profit saja.

Penulis: Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top